LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN IKAN
PERKAWINAN
SILANG
CROSS BREEDING
Kelompok
III
Anggi
Meisardi
05051181419050
PROGRAM
STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2015
BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Genetika
dan pemuliaan ikan merupakan mata kuliah dasar yang memahami sel dan
komponennya, substansi genetik, sintesa protein, proses pembentukan gamet
(gametogenesis) pada ikan, fertilisasi, pertumbuhan, teori keturunan serta
faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut. Selain itu mempelajari tentang
seleksi dan breeding pada ikan dalam rangka menghasilkan induk dan benih yang
berkualitas serta perkembangan rekayasa genetika
(Novia, 2009).
(Novia, 2009).
Usaha budidaya ikan menunjukkan perkembangan yang sangat pesat dari tahun
ketahun. Hal ini dapat diakibatkan oleh semakin bertambahnya kesadaran manusia
untuk mengkonsumsi ikan dan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun serta
menurunnya jumlah ikan hasil tangkapan. Jenis ikan yang dibudidayakan juga
semakin beragam, mulai dari ikan konsumsi hingga ikan hias. Dalam usaha
budidaya ikan secara intensif dibutuhkan benih dan induk yang bermutu. Induk
yang bermutu akan dapat menghasilkan benih ikan yang bermutu pula. Sedangkan
dengan melakukan pemeliharaan benih yang bermutu maka proses produksi akan
menjadi efektif dan efisien (Novia, 2009).
Cross breeding atau hibridisasi merupakan program
persilangan yang dapat diaplikasikan pada ikan, udang, kerang-kerangan maupun
rumput laut. Hasil dari program ini dapat menghasilkan individu-individu yang
unggul, kadang-kadang ada juga yang steril dan dapat menghasilkan strain baru
(Rustidja, 2005). Hibridisasi atau persilangan merupakan suatu upaya untuk
mendapatkan kombinasi antara populasi yang berbeda untuk menghasilkan keturunan
yang memiliki sifat unggul (Muslim,
2004).
Minat
masyarakat terhadap ikan hias saat ini mulai tinggi. Ikan black molly merupakan
salah satu ikan hias banyak penggemarnya, alasan orang memelihara ikan ini
adalah harganya yang terjangkau dan bentuknya yang indah, selain itu juga
perawatannya yang tidak sulit. Dengan metode cross breeding ini kita bisa
menghasilkan ikan molly yang unggul dari segi warna ataupun bentuk tubuhnya.
Sehingga minat masyarakat terhadap ikan ini semakin tinggi sehingga
menghasilkan keuntungan dari segi ekonomi (Gusto,
2009).
1.2. Tujuan
Tujuan dari prakikum
dasar-dasar genetika dan pemuliaan ikan adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa
dapat mengerti dan memahami proses perkawinan silang serta tingkah laku
pemijahan ikan Black Molly (Poecilia sphenops) dan Golden Molly (Poecilia latipinna).
2. Untuk
mengetahui hasil dari perkawinan silang dan hasil genetika nya.
1.3. Kegunaan
Kegunaan
dari pratikum dasar-dasar genetika dan pemuliaan ikan adalah mahasiswa dapat
menerapkan dan teknik perkawinan silang ikan Black Molly (Poecilia sphenops) dan Golden
Molly (Poecilia
latipinna).
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Sistematika dan Morfologi Ikan Black mollly (Poecilia sphenops)
Sistematika ikan Black
mollly (Poecilia sphenops) menurut Sihotang (2011) adalah sebagai berikut:
kingdom : Animalia
phyllum : Chordata
class : Ostheichthyes
ordo : Cyprinodontoidei
family : Poecilidae
genus : Poecilia
spesies : Poecilia sphenops
phyllum : Chordata
class : Ostheichthyes
ordo : Cyprinodontoidei
family : Poecilidae
genus : Poecilia
spesies : Poecilia sphenops
Bentuk tubuh black molly menyerupai
ikan guppy karena masih satu keluarga yaitu Poecilidae. Panjang tubuhnya
sekitar 5–7 cm. Tubuh black molly seluruhnya berwarna hitam mengkilap dari
kepala hingga sirip ekor. Sirip ekor berbentuk sabit dan sirip punggung
menjuntai ke belakang hingga mencapai pangkal ekor. Black molly mempunyai daya
tahan tubuh yang kuat terhadap kondisi lingkungan. Ikan ini dapat hidup pada
perairan tawar, laut, dan payau (Sihotang, 2011).
2.2. Habitat
Di habitat
aslinya, ikan black molly menghendaki suhu perairan 25 - 28° C dengan pH 8 dan
kekerasan sekitar 14-20° dH. Namun, karena sudah lama dipelihara di daerah
dengan pH netral (sekitar 7) maka saat ini tampaknya pembudidayaan di daerah
ber-pH netral pun sudah tidak ada masalah. Hanya saja jenis ikan ini kurang
toleransinya terhadap perubahan atau goncangan suhu yang tinggi (Kasmawijaya,
2005).
2.3. Kebiasaan Makan
Kebiasaan
makan ikan (food habits) adalah
kualitas dan oleh kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan
cara makan (feeding habits) adalah
waktu tempat dan cara makanan itu didapatkan ikan (Nur, 1997 dalam Effendi
2002). Tidak keseluruhan makanan yang ada dalam
suatu perairan dimakan oleh ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi dimakan
atau tidaknya suatu zat makanan oleh ikan diantaranya yaitu ukuran makanan
ikan, warna makanan dan selera makan ikan terhadap makanan tersebut. Sedangkan
jumlah makanan yang dibutuhkan oleh ikan tergantung pada kebiasaan makan,
kelimpahan makanan, nilai konversi makanan serta kondisi makanan ikan tersebut
(Effendi, 2002).
Di alam liar, ikan Molly adalah omnivora dan
memakan segala jenis makanan ikan yang diberikan dalam akuarium, tetapi makanan utama ikan ini
adalah lumut-lumutan sehingga pemberian makanan ikan berbahan dasar daging
(protein) akan mengurangi masa hidup dari ikan ini. Kemampuan
ikan black molly dalam menghasilkan anak cukup tinggi bila dibandingkan dengan
jenis ikan hias air tawar lainnya yaitu 80 – 125 ekor. Untuk itu perlu dijaga
ketahanan produktivitasnya dengan pemberian pakan yang cukup. Pakan yang
diberikan adalah berupa kutu air 3 kali sehari (Bayu, 2008).
2.4. Sistematika
dan Morfologi Ikan Golden Molly (Poecilia latipinna)
Sistematika ikan Golden
molly (Poecilia latipinna) menurut Sihotang (2011) adalah sebagai berikut:
kingdom : Animalia
phyllum : Chordata
class : Ostheichthyes
ordo : Cyprinodontoidei
family : Poecilidae
genus : Poecilia
spesies : Poecilia latipinna
phyllum : Chordata
class : Ostheichthyes
ordo : Cyprinodontoidei
family : Poecilidae
genus : Poecilia
spesies : Poecilia latipinna
Bentuk tubuh golden molly menyerupai ikan guppy karena
masih satu keluarga yaitu Poecilidae. Panjang tubuhnya sekitar 5–7 cm. Tubuh golden
fish seluruhnya berwarna emas mengkilap dari kepala hingga sirip ekor. Sirip
ekor berbentuk sabit dan sirip punggung menjuntai ke belakang hingga mencapai
pangkal ekor.
Golden molly mempunyai daya tahan tubuh yang kuat terhadap kondisi lingkungan. Ikan ini dapat hidup pada perairan tawar, laut, dan payau
(Sihotang, 2011).
Golden molly mempunyai daya tahan tubuh yang kuat terhadap kondisi lingkungan. Ikan ini dapat hidup pada perairan tawar, laut, dan payau
(Sihotang, 2011).
2.5. Habitat
Di habitat
aslinya, golden molly menghendaki suhu perairan 25 - 28° C dengan pH 8 dan
kekerasan sekitar 14-20° dH. Namun, karena sudah lama dipelihara di daerah
dengan pH netral (sekitar 7) maka saat ini tampaknya pembudidayaan di daerah
ber-pH netral pun sudah tidak ada masalah. Hanya saja jenis ikan ini kurang
toleransinya terhadap perubahan atau goncangan suhu yang tinggi (Kasmawijaya,
2005).
2.6.
Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan ikan (food habits) adalah kualitas dan oleh
kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan (feeding habits) adalah waktu tempat dan
cara makanan itu didapatkan ikan (Nur, 1997 dalam Effendi 2002). Tidak keseluruhan makanan yang ada dalam
suatu perairan dimakan oleh ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi dimakan
atau tidaknya suatu zat makanan oleh ikan diantaranya yaitu ukuran makanan
ikan, warna makanan dan selera makan ikan terhadap makanan tersebut. Sedangkan
jumlah makanan yang dibutuhkan oleh ikan tergantung pada kebiasaan makan,
kelimpahan makanan, nilai konversi makanan serta kondisi makanan ikan tersebut
(Effendi, 2002).
Di alam liar, ikan Golden adalah omnivora dan memakan segala jenis makanan ikan
yang diberikan dalam akuarium, tetapi
makanan utama ikan ini adalah lumut-lumutan sehingga pemberian makanan ikan
berbahan dasar daging (protein) akan mengurangi masa hidup dari ikan ini. Kemampuan ikan golden dalam menghasilkan
anak cukup tinggi bila dibandingkan dengan jenis ikan hias air tawar lainnya
yaitu 80 – 125 ekor. Untuk itu perlu dijaga ketahanan produktivitasnya dengan
pemberian pakan yang cukup. Pakan yang diberikan adalah berupa kutu air 3 kali
sehari (Bayu,2008).
2.7. Cross Breeding
Menurut D. Minkema (1987 : 172), menyatakan
bahwa cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki susunan genetika
hewan-hewannya yaitu system perkawinan ini merupakan cara mengawinkan
hewan-hewan atau mengkombinasikannya. Perkawinan sedarah mengantarkan pada
kehomozigotan sehingga akan diikuti dengan degenerasi persedarahan/depresi
persedarahan yaitu kemunduran daya hidup.
Persilangan
adalah perkawinan antara individu yang kurang rapat hubungannya dari rata-rata
populasi. Persilangan biasanya diikuti dengan peningkatan daya hidup. Hasil dari
persilangan mempunyai kesuburan, daya tumbuh dan daya tahan yang tinggi. Gejala
ini disebut heterosis/keunggulan bastar. Heterosis adalah hasil persilangan
dari garis keturunan sedarah yang lebih/kurang kuatnya pada berbagai
varietas/hewan (Muslim, 2004).
Perkawinan
sedarah dan persilangan lebih bermanfaat daripada seleksi biasa tanpa
perkawinan sedarah, jika ada kemungkinan dominasi berlebihan, jadi apabila
genotype heterozigot lebih baik daripada ke-2 homozigot. Dengan melakukan
seleksi dapat menjadikan semuanya homozigot. Akan tetapi jika ada kemungkinan
bagi dominasi berlebihan, maka yang heterozigot lebih baik daripada kedua
homozigot. Kemunduran akibat perkawinan sedarah dan heterosis adalah 2 gejala
yang bertentangan yang mempunyai sebab-sebab genetic yang sama. Hal ini sangat
erat berhubungan dengan variasi kegenotipean bukan tambahan dengan variasi
sebagai akibat dari kedominanan. Perkawinan sedarah juga akan mengakibatkan
bertambah frekuensi kehomozigotan dan frekuensi keheterozigotan berkurang (Muslim,
2004).
Out breeding adalah mengawinkan antara
individu-individu yang tidak sekerabat (berbeda induknya) masih dalam satu
varietas/beda varietas. Out breeding akan menghasilkan heterozigositas yang
akan menguatkan individu-individunya terhadap perubahan lingkungan. Hibridisasi
adalah perkawinan antara spesies yang berbeda. Hibridisasi/persilangan
merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kombinasi antara populasi yang berbeda
untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai sifat unggul. Hibridisasi dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu : Interspesifik hibridisasi, yaitu perkawinan antara
spesies yang berbeda. Intraspesifik hibridisasi, yaitu perkawinan dalam 1
spesies
(Muslim, 2004).
(Muslim, 2004).
2.8. Ovaprim
Di
sebagian besar masyarakat belum mengetahui akan keguanaan dari hormon ovaprim
dan hipofisa. Masyarakat menengah kebawah, umumnya sering menggunakan pemijahan
secara alami dan menunggu waktu atau musim ikan memijah. Sebetulnya, dengan
menggunakan rangsangan hormon dalam tubuh ikan, pemijahan dapat dilakukan kapan
saja asalkan gonad dalam tubuh ikan sudah mengalami pematangan. Tapi dalam
penggunaan kedua hormon tersebut ada perbedaan pengaruh terhadap telur yang dihasilkan (Zairin, 2002).
Ovaprim
adalah merek dagang bagi hormon analog yang mengandung 20µg analog salmon
gonadotropin releasing hormon (s GnRH) LHRH dan 10µg domperidone sejenis anti
dopamin, per milliliter (Nandeesha et al, 1990). Ovraprim biasanya dibuat dari
campuran ekstra kelenjar hipofisa dan hormon mamalia.
Ovaprim
digunakan sebagai agen perangsang bagi ikan untuk memijah, kandungan sGnRHa
akan menstimulus pituatari untuk mensekresikan GtH I dan GtH II. Sedangkan anti
dopamin menghambat hipotalamus dalam mensekresi dopamin yang memerintahkan
pituatari menghentikan sekresi GtH I dan GtH II (Gusrina,2008).
BAB
3
PELAKSANAAN
PRATIKUM
3.1.
Tempat
dan Waktu
Pelaksanan praktikum
dasar-dasar genetika dan pemuliaan ikan ini dilaksanakan di Laboratorium Dasar
Perikanan Program Studi Akuakultur Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,
Indralaya dan dilaksanakan pada hari Rabu 7 Oktober 2015.
3.2. Bahan dan Metoda
3.2.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum dasar-dasar
genetika dan pemuliaan ikan ini sebagai berikut:
Tabel
3.2. Bahan yang digunakan dalam
praktikum
No
|
Bahan
|
Spesifikasi
|
Kegunaan
|
1
|
Ovaprim
|
0,3
ml
|
Hormon
untuk merangsang ikan memijah
|
3.2.2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
praktikum dasar-dasar genetika dan pemuliaan ikan ini adalah sebagai berikut :
Tabel
3.1. Alat yang digunakan dalam praktikum
No.
|
Alat
|
Jumlah
|
Kegunaan
|
1.
|
Akuarium
|
1 buah
|
Tempat ikan
|
2.
|
Toples
|
1 buah
|
Tempat ikan
|
3.2.3. Metoda
3.2.3.1. Perkawinan Silang
3.2.3.1.1. Seleksi Induk
Indukan ikan Black Molly dan Golden Molly
yang akan dibudidayakan kondisinya harus sehat dan telah cukup umur (matang
gonad).
Ciri induk jantan:
a. Jika dipencet didekap perut dapat keluar
cairan berwarna putih susu
b. Terdapat benjolan berwarna putih pada bagian
tutup insang
c. Bentuk dubur kecil dan oval
Ciri indukan betina:
a. Jika dipencet didekat perut dapat keluar
cairan kuning berupa telur ikan Black Molly dan Golden Molly.
b. Dibagian perut perut agak membesar
c. Bentuk dubur bulat dan besar
3.2.3.1.2. Persiapan Media Perendaman dan Pemeliharaan
Sebelum pelaksanaan
praktikum dilakukan, media untuk perendaman dan pemeliharaan dibersihkan. Media
yang digunakan untuk perendaman berupa toples kecil sedangkan untuk media
pemeliharaan menggunakan akuarium ukuran 35x60x40 cm3 sebanyak 1
buah. Media pemeliharaan ini kemudian dicuci bersih lalu dikeringkan terlebih
dahulu sebelum diisi air. Air yang digunakan pada praktikum ini bersumber dari
tendon.
3.2.3.1.3. Pemeliharaan Induk
Kegiatan praktikum
pemijahan ikan black Molly dan Golden Molly yang digunakan adalah jenis
indukan. Lama waktu pemeliharaan induk jantan dan betina terpisah selama
14 hari.
3.2.3.1.4. Persiapan Media Pemijahan
Untuk pembenihan ikan
black Molly dan Golden Molly wadah yang digunakan yakni akuarium berukuran
35x60x40 cm3 dengan bentuk persegi panjang. Akuarium yang digunakan
pertama dibersihkan memakai sabun lalu dibilas dengan air tawar dan sesudah itu
di jemur untuk sterilisasi akuarium. Akuarium diisi air sebanyak 3 liter.
3.2.3.1.5. Perkawinan Silang
Setelah pemeliharaan
indukan ikan secara terpisah selesai, induk ikan Black Molly dan Golden Molly dipelihara di akuarium 35x60x40 cm3 dengan
padat 4 ekor (jantan dan betina) dalam 3 liter air. Selama pemeliharaan
indukkan ikan Black Molly dan Golden Molly diberi pakan pelet secara ad libitum dengan frekuensi dua kali per
hari pagi dan sore.
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang diperoleh
dari praktikum cross breeding dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
No
|
Kelompok
|
Ikan yang
digunakan
|
Keterangan
|
|
Memijah
|
Tidakmemijah
|
|||
1
|
I
|
golden molly + guppy
|
|
ü
|
2
|
II
|
Ikan pedang + black molly
|
|
ü
|
3
|
III
|
Ikan golden + black molly
|
ü
|
|
4
|
IV
|
Ikan guppy + kopi-kopi
|
|
ü
|
5
|
V
|
Ikan pedang + golden
|
ü
|
|
6
7
|
VI
VII
|
Ikan mas koki mata biasa + mas koki mata
teleskop Ikan
mas majalaya + koki
|
ü
|
ü
|
4.2. Pembahasan
Praktikum kali
ini adalah cross breeding, cross breeding merupakan salah satu cara yang bisa
dilakukan pada ikan untuk mendapatkan strain atau varietas baru. Pada umumnya
metode ini digunakan pada ikan yang memiliki kekerabatan yang dekat misalnya
ikan lele dumbo dengan ikan lele sangkuriang. Tingkat keberhasilan pada metode
ini dipengaruhi dengan tingkat kekerabatan, semakin dekat tingkat
kekerabatannya maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilannya dan begitu juga
sebaliknya.
Ikan
kelompok 1 adalah ikan golden molly dan ikan guppy, kedua ikan ini memiliki
famili yang sama yaitu poecilidae sehingga tingkat keberhasilannya tinggi,
tetapi hasil dari kelompok 1 ini ikan tidak melakukan pemijahan, itu
dikarenakan ikan yang belum matang gonad ataupun juga karena cara reproduksi
kedua ikan ini berbeda. Ikan kelompok 2 adalah ikan pedang dan ikan black
molly, kekerabatan kedua ikan cukup jauh dan memiliki banyak perbedaan sehingga
ikan kelompok 2 tidak melakukan pemijahan.
Ikan
kelompok 3 adalah ikan golden molly dan ikan black molly, kedua ikan ini
memiliki tingkat kekerabatan yang sangat dekat karena hanya berbeda spesies
sehingga tingkat keberhasilannya tinggi, dan hasilnya pun ikan ini melakukan
pemijahan. Ikan kelompok 4 adalah ikan
guppy dan ikan kopi-kopi, ikan kelompok 4 tidak melakukan pemijahan itu karena
perbedaan ukuran ikan yang jauh dan juga disebabkan cara reproduksi mereka
berbeda.
Ikan kelompok 5 adalah ikan pedang
dan golden molly, sebenarnya kedua ikan ini memiliki kekerabatan yang cukup
jauh, tetapi ikan kelompok 5 ini dapat memijah ini mungkin ikan yang digunakan
sudah matang gonad dan perewatan yang baik. Ikan kelompok 6 adalah ikan mas koki mata biasa dan ikan mas koki mata teleskop,
kedua ikan ini memiliki tingkat kekerabatan yang tinggi. Tetapi ikan ini tidak
melakukan pemijahan dikarenakan ikan yang belum matang gonad dan juga teknik
yang salah.
Ikan kelompok 7 adalah ikan mas majalaya dan ikan
mas koki, kedua ikan ini dalam taksonomi memiliki kekerabatan yang dekat akan
tetapi ikan mas majalaya termasuk ikan konsumsi dan biasanya indukan dari
ikan-ikan konsumsi memiliki ukuran yang besar sedangkan ikan mas koki adalah
ikan hias yang biasanya ukurannya relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan
ikan konsumsi oleh karena itu ikan yang digunakan pada kelompok ini tidak
melakukan pemijahan.
BAB
5
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Cross breeding merupakan salah satu cara yang
bisa dilakukan pada ikan untuk mendapatkan strain atau varietas baru.
2. Ovaprim adalah merek
dagang bagi hormon analog yang mengandung 20µg analog salmon gonadotropin
releasing hormon (s GnRH) LHRH dan 10µg domperidone sejenis anti dopamin, per
milliliter.
3. Ikan yang gagal memijah
disebabkan oleh perbedaan cara reproduksi ataupun juga ikan yang belum matang
gonad.
4. Ikan yang berhasil memijah
disebabkan karena ikan memilki kesamaan cara reproduksi dan juga ikan sudah
matang gonad.
5. Tingkat kekerabatan ikan
merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan dalam cross
breeding.
5.2. Saran
Saran saya untuk melakukan cross breeding indukan yang
digunakan memiliki kekerabatan yang dekat dan juga telah matang gonad agar
tidak terjadi kegagalan.