Saturday 14 November 2015

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN IKAN PERKAWINAN SILANG

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN IKAN
PERKAWINAN SILANG
CROSS BREEDING








Kelompok III
Anggi Meisardi
05051181419050






                        
                        
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Genetika dan pemuliaan ikan merupakan mata kuliah dasar yang memahami sel dan komponennya, substansi genetik, sintesa protein, proses pembentukan gamet (gametogenesis) pada ikan, fertilisasi, pertumbuhan, teori keturunan serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut. Selain itu mempelajari tentang seleksi dan breeding pada ikan dalam rangka menghasilkan induk dan benih yang berkualitas serta perkembangan rekayasa genetika
(Novia, 2009).
Usaha budidaya ikan menunjukkan perkembangan yang sangat pesat dari tahun ketahun. Hal ini dapat diakibatkan oleh semakin bertambahnya kesadaran manusia untuk mengkonsumsi ikan dan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun serta menurunnya jumlah ikan hasil tangkapan. Jenis ikan yang dibudidayakan juga semakin beragam, mulai dari ikan konsumsi hingga ikan hias. Dalam usaha budidaya ikan secara intensif dibutuhkan benih dan induk yang bermutu. Induk yang bermutu akan dapat menghasilkan benih ikan yang bermutu pula. Sedangkan dengan melakukan pemeliharaan benih yang bermutu maka proses produksi akan menjadi efektif dan efisien (Novia, 2009).
Cross breeding atau hibridisasi merupakan program persilangan yang dapat diaplikasikan pada ikan, udang, kerang-kerangan maupun rumput laut. Hasil dari program ini dapat menghasilkan individu-individu yang unggul, kadang-kadang ada juga yang steril dan dapat menghasilkan strain baru (Rustidja, 2005). Hibridisasi atau persilangan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kombinasi antara populasi yang berbeda untuk menghasilkan keturunan yang memiliki sifat unggul (Muslim, 2004).
            Minat masyarakat terhadap ikan hias saat ini mulai tinggi. Ikan black molly merupakan salah satu ikan hias banyak penggemarnya, alasan orang memelihara ikan ini adalah harganya yang terjangkau dan bentuknya yang indah, selain itu juga perawatannya yang tidak sulit. Dengan metode cross breeding ini kita bisa menghasilkan ikan molly yang unggul dari segi warna ataupun bentuk tubuhnya. Sehingga minat masyarakat terhadap ikan ini semakin tinggi sehingga menghasilkan keuntungan dari segi ekonomi (Gusto, 2009).

1.2.  Tujuan
Tujuan dari prakikum dasar-dasar genetika dan pemuliaan ikan adalah sebagai berikut:
1.    Mahasiswa dapat mengerti dan memahami proses perkawinan silang serta tingkah laku pemijahan ikan Black Molly (Poecilia sphenops) dan Golden Molly (Poecilia latipinna).
2.    Untuk mengetahui hasil dari perkawinan silang dan hasil genetika nya.

1.3.  Kegunaan
Kegunaan dari pratikum dasar-dasar genetika dan pemuliaan ikan adalah mahasiswa dapat menerapkan dan teknik perkawinan silang ikan Black Molly (Poecilia sphenops) dan Golden Molly (Poecilia latipinna).


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Black mollly (Poecilia sphenops)
Sistematika ikan Black mollly (Poecilia sphenops) menurut Sihotang (2011) adalah sebagai berikut:
kingdom          : Animalia
phyllum           : Chordata
class                 : Ostheichthyes
ordo                 : Cyprinodontoidei
family              : Poecilidae
genus               : Poecilia
spesies             : Poecilia sphenops
Bentuk tubuh black molly menyerupai ikan guppy karena masih satu keluarga yaitu Poecilidae. Panjang tubuhnya sekitar 5–7 cm. Tubuh black molly seluruhnya berwarna hitam mengkilap dari kepala hingga sirip ekor. Sirip ekor berbentuk sabit dan sirip punggung menjuntai ke belakang hingga mencapai pangkal ekor. Black molly mempunyai daya tahan tubuh yang kuat terhadap kondisi lingkungan. Ikan ini dapat hidup pada perairan tawar, laut, dan payau (Sihotang, 2011).

2.2. Habitat
Di habitat aslinya, ikan black molly menghendaki suhu perairan 25 - 28° C dengan pH 8 dan kekerasan sekitar 14-20° dH. Namun, karena sudah lama dipelihara di daerah dengan pH netral (sekitar 7) maka saat ini tampaknya pembudidayaan di daerah ber-pH netral pun sudah tidak ada masalah. Hanya saja jenis ikan ini kurang toleransinya terhadap perubahan atau goncangan suhu yang tinggi (Kasmawijaya, 2005).

2.3. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan ikan (food habits) adalah kualitas dan oleh kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan (feeding habits) adalah waktu tempat dan cara makanan itu didapatkan ikan (Nur, 1997 dalam Effendi 2002). Tidak keseluruhan makanan yang ada dalam suatu perairan dimakan oleh ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi dimakan atau tidaknya suatu zat makanan oleh ikan diantaranya yaitu ukuran makanan ikan, warna makanan dan selera makan ikan terhadap makanan tersebut. Sedangkan jumlah makanan yang dibutuhkan oleh ikan tergantung pada kebiasaan makan, kelimpahan makanan, nilai konversi makanan serta kondisi makanan ikan tersebut (Effendi,  2002).
Di alam liar, ikan Molly adalah omnivora dan memakan segala jenis makanan ikan yang diberikan dalam  akuarium, tetapi makanan utama ikan ini adalah lumut-lumutan sehingga pemberian makanan ikan berbahan dasar daging (protein) akan mengurangi masa hidup dari ikan ini. Kemampuan ikan black molly dalam menghasilkan anak cukup tinggi bila dibandingkan dengan jenis ikan hias air tawar lainnya yaitu 80 – 125 ekor. Untuk itu perlu dijaga ketahanan produktivitasnya dengan pemberian pakan yang cukup. Pakan yang diberikan adalah berupa kutu air 3 kali sehari (Bayu, 2008).

2.4. Sistematika dan Morfologi Ikan Golden Molly (Poecilia latipinna)
Sistematika ikan Golden molly (Poecilia latipinna) menurut Sihotang (2011) adalah sebagai berikut:
kingdom          : Animalia
phyllum           : Chordata
class                 : Ostheichthyes
ordo                 : Cyprinodontoidei
family              : Poecilidae
genus               : Poecilia
spesies             : Poecilia latipinna
Bentuk tubuh golden molly menyerupai ikan guppy karena masih satu keluarga yaitu Poecilidae. Panjang tubuhnya sekitar 5–7 cm. Tubuh golden fish seluruhnya berwarna emas mengkilap dari kepala hingga sirip ekor. Sirip ekor berbentuk sabit dan sirip punggung menjuntai ke belakang hingga mencapai pangkal ekor.
Golden molly mempunyai daya tahan tubuh yang kuat terhadap kondisi lingkungan. Ikan ini dapat hidup pada perairan tawar, laut, dan payau
(
Sihotang, 2011).

2.5. Habitat
Di habitat aslinya, golden molly menghendaki suhu perairan 25 - 28° C dengan pH 8 dan kekerasan sekitar 14-20° dH. Namun, karena sudah lama dipelihara di daerah dengan pH netral (sekitar 7) maka saat ini tampaknya pembudidayaan di daerah ber-pH netral pun sudah tidak ada masalah. Hanya saja jenis ikan ini kurang toleransinya terhadap perubahan atau goncangan suhu yang tinggi (Kasmawijaya, 2005).

2.6. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan ikan (food habits) adalah kualitas dan oleh kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan (feeding habits) adalah waktu tempat dan cara makanan itu didapatkan ikan (Nur, 1997 dalam Effendi 2002). Tidak keseluruhan makanan yang ada dalam suatu perairan dimakan oleh ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi dimakan atau tidaknya suatu zat makanan oleh ikan diantaranya yaitu ukuran makanan ikan, warna makanan dan selera makan ikan terhadap makanan tersebut. Sedangkan jumlah makanan yang dibutuhkan oleh ikan tergantung pada kebiasaan makan, kelimpahan makanan, nilai konversi makanan serta kondisi makanan ikan tersebut (Effendi,  2002).
Di alam liar, ikan Golden adalah omnivora dan memakan segala jenis makanan ikan yang diberikan dalam  akuarium, tetapi makanan utama ikan ini adalah lumut-lumutan sehingga pemberian makanan ikan berbahan dasar daging (protein) akan mengurangi masa hidup dari ikan ini. Kemampuan ikan golden dalam menghasilkan anak cukup tinggi bila dibandingkan dengan jenis ikan hias air tawar lainnya yaitu 80 – 125 ekor. Untuk itu perlu dijaga ketahanan produktivitasnya dengan pemberian pakan yang cukup. Pakan yang diberikan adalah berupa kutu air 3 kali sehari (Bayu,2008).


2.7. Cross Breeding
Menurut D. Minkema (1987 : 172), menyatakan bahwa cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki susunan genetika hewan-hewannya yaitu system perkawinan ini merupakan cara mengawinkan hewan-hewan atau mengkombinasikannya. Perkawinan sedarah mengantarkan pada kehomozigotan sehingga akan diikuti dengan degenerasi persedarahan/depresi persedarahan yaitu kemunduran daya hidup.
Persilangan adalah perkawinan antara individu yang kurang rapat hubungannya dari rata-rata populasi. Persilangan biasanya diikuti dengan peningkatan daya hidup. Hasil dari persilangan mempunyai kesuburan, daya tumbuh dan daya tahan yang tinggi. Gejala ini disebut heterosis/keunggulan bastar. Heterosis adalah hasil persilangan dari garis keturunan sedarah yang lebih/kurang kuatnya pada berbagai varietas/hewan (Muslim, 2004).
Perkawinan sedarah dan persilangan lebih bermanfaat daripada seleksi biasa tanpa perkawinan sedarah, jika ada kemungkinan dominasi berlebihan, jadi apabila genotype heterozigot lebih baik daripada ke-2 homozigot. Dengan melakukan seleksi dapat menjadikan semuanya homozigot. Akan tetapi jika ada kemungkinan bagi dominasi berlebihan, maka yang heterozigot lebih baik daripada kedua homozigot. Kemunduran akibat perkawinan sedarah dan heterosis adalah 2 gejala yang bertentangan yang mempunyai sebab-sebab genetic yang sama. Hal ini sangat erat berhubungan dengan variasi kegenotipean bukan tambahan dengan variasi sebagai akibat dari kedominanan. Perkawinan sedarah juga akan mengakibatkan bertambah frekuensi kehomozigotan dan frekuensi keheterozigotan berkurang (Muslim, 2004).
Out breeding adalah mengawinkan antara individu-individu yang tidak sekerabat (berbeda induknya) masih dalam satu varietas/beda varietas. Out breeding akan menghasilkan heterozigositas yang akan menguatkan individu-individunya terhadap perubahan lingkungan. Hibridisasi adalah perkawinan antara spesies yang berbeda. Hibridisasi/persilangan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kombinasi antara populasi yang berbeda untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai sifat unggul. Hibridisasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : Interspesifik hibridisasi, yaitu perkawinan antara spesies yang berbeda. Intraspesifik hibridisasi, yaitu perkawinan dalam 1 spesies
(Muslim, 2004).

2.8. Ovaprim
Di sebagian besar masyarakat belum mengetahui akan keguanaan dari hormon ovaprim dan hipofisa. Masyarakat menengah kebawah, umumnya sering menggunakan pemijahan secara alami dan menunggu waktu atau musim ikan memijah. Sebetulnya, dengan menggunakan rangsangan hormon dalam tubuh ikan, pemijahan dapat dilakukan kapan saja asalkan gonad dalam tubuh ikan sudah mengalami pematangan. Tapi dalam penggunaan kedua hormon tersebut ada perbedaan pengaruh terhadap telur yang dihasilkan (Zairin, 2002).
Ovaprim adalah merek dagang bagi hormon analog yang mengandung 20µg analog salmon gonadotropin releasing hormon (s GnRH) LHRH dan 10µg domperidone sejenis anti dopamin, per milliliter (Nandeesha et al, 1990). Ovraprim biasanya dibuat dari campuran ekstra kelenjar hipofisa dan hormon mamalia.
Ovaprim digunakan sebagai agen perangsang bagi ikan untuk memijah, kandungan sGnRHa akan menstimulus pituatari untuk mensekresikan GtH I dan GtH II. Sedangkan anti dopamin menghambat hipotalamus dalam mensekresi dopamin yang memerintahkan pituatari menghentikan sekresi GtH I dan GtH II (Gusrina,2008).



BAB 3
PELAKSANAAN PRATIKUM

3.1.        Tempat dan Waktu
   Pelaksanan praktikum dasar-dasar genetika dan pemuliaan ikan ini dilaksanakan di Laboratorium Dasar Perikanan Program Studi Akuakultur Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya dan dilaksanakan pada hari Rabu 7 Oktober 2015.

3.2.  Bahan dan Metoda
3.2.1.  Bahan
           Bahan  yang digunakan dalam praktikum dasar-dasar genetika dan pemuliaan ikan ini sebagai berikut:
Tabel 3.2.  Bahan yang digunakan dalam praktikum
No
Bahan
Spesifikasi
Kegunaan
1
Ovaprim
0,3 ml
Hormon untuk merangsang ikan memijah
           
3.2.2.  Alat
           Alat-alat  yang digunakan dalam praktikum dasar-dasar genetika dan pemuliaan ikan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1.  Alat yang digunakan dalam praktikum
No.
Alat
Jumlah
Kegunaan
1.
Akuarium
1 buah
Tempat ikan
2.
Toples
1 buah
Tempat ikan

3.2.3.  Metoda
3.2.3.1.  Perkawinan Silang
3.2.3.1.1.  Seleksi Induk
     Indukan ikan Black Molly dan Golden Molly yang akan dibudidayakan kondisinya harus sehat dan telah cukup umur (matang gonad).
Ciri induk jantan:
a.   Jika dipencet didekap perut dapat keluar cairan berwarna putih susu
b.   Terdapat benjolan berwarna putih pada bagian tutup insang
c.   Bentuk dubur kecil dan oval
Ciri indukan betina:
a.  Jika dipencet didekat perut dapat keluar cairan kuning berupa telur ikan Black Molly dan Golden Molly.
b.  Dibagian perut perut agak membesar
c.  Bentuk dubur bulat dan besar

3.2.3.1.2.  Persiapan Media Perendaman dan Pemeliharaan
Sebelum pelaksanaan praktikum dilakukan, media untuk perendaman dan pemeliharaan dibersihkan. Media yang digunakan untuk perendaman berupa toples kecil sedangkan untuk media pemeliharaan menggunakan akuarium ukuran 35x60x40 cm3 sebanyak 1 buah. Media pemeliharaan ini kemudian dicuci bersih lalu dikeringkan terlebih dahulu sebelum diisi air. Air yang digunakan pada praktikum ini bersumber dari tendon.

3.2.3.1.3.  Pemeliharaan Induk
Kegiatan praktikum pemijahan ikan black Molly dan Golden Molly yang digunakan adalah jenis indukan. Lama waktu pemeliharaan induk jantan dan betina terpisah selama 14  hari.

3.2.3.1.4.  Persiapan Media Pemijahan
Untuk pembenihan ikan black Molly dan Golden Molly wadah yang digunakan yakni akuarium berukuran 35x60x40 cm3 dengan bentuk persegi panjang. Akuarium yang digunakan pertama dibersihkan memakai sabun lalu dibilas dengan air tawar dan sesudah itu di jemur untuk sterilisasi akuarium. Akuarium diisi air sebanyak 3 liter.

3.2.3.1.5.  Perkawinan Silang
Setelah pemeliharaan indukan ikan secara terpisah selesai, induk ikan Black  Molly dan Golden Molly  dipelihara di akuarium 35x60x40 cm3 dengan padat 4 ekor (jantan dan betina) dalam 3 liter air. Selama pemeliharaan indukkan ikan Black Molly dan Golden Molly diberi pakan pelet secara ad libitum dengan frekuensi dua kali per hari pagi dan sore.


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.  Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum cross breeding dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1. Hasil dari praktikum pemijahan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No
Kelompok
Ikan yang digunakan
Keterangan
Memijah
Tidakmemijah
1
I
golden molly + guppy

ü   
2
II
Ikan pedang + black molly

ü   
3
III
Ikan golden + black molly
ü   

4
IV
Ikan guppy + kopi-kopi

ü   
5
V
Ikan pedang + golden
ü   

6

7
VI

VII
Ikan mas koki mata biasa + mas koki mata teleskop Ikan mas majalaya + koki

ü   
ü   




4.2.  Pembahasan
            Praktikum kali ini adalah cross breeding, cross breeding merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan pada ikan untuk mendapatkan strain atau varietas baru. Pada umumnya metode ini digunakan pada ikan yang memiliki kekerabatan yang dekat misalnya ikan lele dumbo dengan ikan lele sangkuriang. Tingkat keberhasilan pada metode ini dipengaruhi dengan tingkat kekerabatan, semakin dekat tingkat kekerabatannya maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilannya dan begitu juga sebaliknya.
            Ikan kelompok 1 adalah ikan golden molly dan ikan guppy, kedua ikan ini memiliki famili yang sama yaitu poecilidae sehingga tingkat keberhasilannya tinggi, tetapi hasil dari kelompok 1 ini ikan tidak melakukan pemijahan, itu dikarenakan ikan yang belum matang gonad ataupun juga karena cara reproduksi kedua ikan ini berbeda. Ikan kelompok 2 adalah ikan pedang dan ikan black molly, kekerabatan kedua ikan cukup jauh dan memiliki banyak perbedaan sehingga ikan kelompok 2 tidak melakukan pemijahan.
            Ikan kelompok 3 adalah ikan golden molly dan ikan black molly, kedua ikan ini memiliki tingkat kekerabatan yang sangat dekat karena hanya berbeda spesies sehingga tingkat keberhasilannya tinggi, dan hasilnya pun ikan ini melakukan pemijahan. Ikan kelompok 4 adalah ikan guppy dan ikan kopi-kopi, ikan kelompok 4 tidak melakukan pemijahan itu karena perbedaan ukuran ikan yang jauh dan juga disebabkan cara reproduksi mereka berbeda.
            Ikan kelompok 5 adalah ikan pedang dan golden molly, sebenarnya kedua ikan ini memiliki kekerabatan yang cukup jauh, tetapi ikan kelompok 5 ini dapat memijah ini mungkin ikan yang digunakan sudah matang gonad dan perewatan yang baik. Ikan kelompok 6 adalah ikan mas koki mata biasa dan ikan mas koki mata teleskop, kedua ikan ini memiliki tingkat kekerabatan yang tinggi. Tetapi ikan ini tidak melakukan pemijahan dikarenakan ikan yang belum matang gonad dan juga teknik yang salah.
Ikan kelompok 7 adalah ikan mas majalaya dan ikan mas koki, kedua ikan ini dalam taksonomi memiliki kekerabatan yang dekat akan tetapi ikan mas majalaya termasuk ikan konsumsi dan biasanya indukan dari ikan-ikan konsumsi memiliki ukuran yang besar sedangkan ikan mas koki adalah ikan hias yang biasanya ukurannya relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan ikan konsumsi oleh karena itu ikan yang digunakan pada kelompok ini tidak melakukan pemijahan.



BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Cross breeding merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan pada ikan untuk mendapatkan strain atau varietas baru.
2. Ovaprim adalah merek dagang bagi hormon analog yang mengandung 20µg analog salmon gonadotropin releasing hormon (s GnRH) LHRH dan 10µg domperidone sejenis anti dopamin, per milliliter.
3. Ikan yang gagal memijah disebabkan oleh perbedaan cara reproduksi ataupun juga ikan yang belum matang gonad.
4. Ikan yang berhasil memijah disebabkan karena ikan memilki kesamaan cara reproduksi dan juga ikan sudah matang gonad.
5. Tingkat kekerabatan ikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberhasilan dalam cross breeding.

5.2. Saran
            Saran saya untuk melakukan cross breeding indukan yang digunakan memiliki kekerabatan yang dekat dan juga telah matang gonad agar tidak terjadi kegagalan.