LAPORAN
TETAP
PRAKTIKUM DASAR-DASAR
MIKROBIOLOGI AKUATIK
PEWARNAAN
GRAM
Anggi Meisardi
05051181419041
PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
DAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pada praktikum proses pewarnaan gram olesan bakteri yang
terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut dalam urutannya yaitu ungu kristal,
larutan yodium, alkohol (bahan pengecat), dan safranin atau beberapa pewarna
tandingan lain yang sesuai. Bakteri
yang diwarnai dengan metode gram ini dibagi menjadi dua kelompok. Salah satu di
antaranya, bakteri gram positif, mempertahankan zat pewarna ungu kristal. Di
gunakan untuk pengecatan differensial, menggunakan beberapa jenis zat, di
gunakan untuk mengelompokkan bakteri, seperti pengecatan gram atau pengecatan
acid-fast, bakteri gram negatif, kehilangan ungu kristal ketika dicuci dengan
alkohol, dan sewaktu diberi pewarna tandingan dengan warna merah safranin,
tampak berwarna merah(Pelczar dan Chan, 1986).
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena
selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik
pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi(Pelczar dan Chan, 1986).
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion
antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang
disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada
komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat
dibedakan pewarna asam dan pewarna basa(Dwidjoseputro, D. 2002).
Teknik
Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan
bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku. Oleh karena itu yang melatar
belakangi praktek ini yaitu untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme
sehingga mempermudah dalam melihat bagian-bagian bakteri. Diharapkan dengan
percobaan ini, mahasiswa mampu melakukan berbagai pewarnaan bakteri sesuai
dengan peruntukannya(Dwidjoseputro, D. 2002).
1.2. Tujuan
1. Mempermudah melihat bentuk jasad renik
2. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad renik
3. Melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri yang diamati
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan
gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini
diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram
(1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan
antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif
adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode
pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu
gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada
uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah
metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau
merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri
ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka(Fitria. 2009).
a. Bakteri Gram
Negatif
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan
warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative
tidak(Fitria. 2009).
b. Bakteri Gram
Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil
ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau
ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah
muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan
pada perbedaan struktur dinding sel bakteri (Fitria.
2009).
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu
lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat
diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis
dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal
violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol
sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi
terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu
dekolorisasi terlalu pendek (Fitria, 2009).
2.2. Macam-macam Pewarnaan
Pewarnaan pada bakteri
dibagi menjadi tiga, yaitu :
2.2.1. Pewarnaan
sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak
digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna
untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka
dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya
bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan
rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan
sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana
pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan(Hadioetomo,
1993).
a. pewarnaan asam
Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan
hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan
positif adalah metilen biru dan air furksin.
b. Pewarnaan Basa
Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai
bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan
ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna
untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin
atau tinta cina.
2.2.2. Pewarnaan
Diferensial
2.2.2.1. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan
gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini
diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram
(1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan
antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif
adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode
pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu
gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada
uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah
metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau
merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri
ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka(Fitria, 2009).
a. Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negative
adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode
pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap
setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak(Fitria, 2009).
b. Bakteri Gram
Positif
Bakteri gram positif
adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses
pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah
mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan
klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan
struktur dinding sel bakteri (Fitria, 2009).
Bakteri gram negatif
memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid)
kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin
akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa
peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori
dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel
tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).
Sel bakteri gram positif
mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan
bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek (Fitria,
2009).
2.2.2.2. Pewarnaan tahan asam
Pewarnaan tahan asam yang umum digunakan adalah pewarnaan Zieh – Neelson
dengan pewarna utama karbol fuksin dengan pemanasan dan pewarna tandingan
metilen blue Loeffler. Perlakuan panas tersebut diganti dengan penggunaan
pembasah yaitu suatu deterjen untuk mengurangi tegangan permukaan lemak, untuk
menjamin penetrasi. Pewarna yang mengandung pembasah ini disebut pewarna
Kinyoun (Hadioetomo, 1993).
Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme seperti mikobakteri
menahan zat warna tersebut dengan erat, artinya tidak terpucatkan sekalipun
oleh zat yang bersifat keras seperti asam alkohol (yaitu 3% HCL dalam etanol
95%). Alkohol asam ini merupakan pemucat yang sangat intensif dan jangan
dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyak digunakan dalam prosedur
pewarnaan Gram. Kondisi pewarnaan ini, organisme yang dapat menahan zat warna
itu dikatakan tahan asam dan tampak merah. Bakteri biasa yang dindingnya tidak
bersifat terlampau lipoidal, pewarna karbol fuksin yang mewarnai sel dapat
dengan mudah dipucatkan oleh alkohol-asam dan karenanya dikatakan tak tahan
asam. Tercucinya karbol fuksin dapat diperagakan oleh terserapnya pewarna
tandingan biru metilen oleh sel, sehingga bakteri tersebut tampak biru
(Hadioetomo, 1993).
Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh
permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap
tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian
dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci
dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3%
(hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit
kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan
dibuang. Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan,
dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir
(Karuniawati, 2005).
2.2.3. Pewarnaan
Khusus
Pewarnaan khusus merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai struktur khusus
atau tertentu dari bakteri seperti bagian spora, kapsul, flagel dsb. Contoh
pewarnaan khusus :Pewarnaan Endospora Anggota dari genus Clostridium,
Desulfomaculatum, dan Bacillus adalah bakteri yang
memproduksi endospora dalam siklus hidupnya. Endospora merupakan bentuk dorman
dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan
dalam tekanan fisik dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi, dan bahan
kimia. Tujuan dilakukannya pewarnaan endospora adalah membedakan endospora
dengan sel vegetatif, sehingga pembedaannya tampak jelas. Endospora tetap dapat
dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa pewarnaan dan tampak sebagai bulatan
transparan dan sangat refraktil. Namun jika dengan pewarnaan sederhana,
endospora sulit dibedakan dengan badan inklusi (Suriawiria, 2005).
a. Pewarnaan
kapsul
Pewarnaan ini
menggunakan larutan kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat
sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika
pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna
pada latar belakang yang berwana biru gelap.
b. Pewarnaan spora
Dinding spora
relatif tidak permeable, namun zat warna bias menembusnya dengan cara
memanaskan preparat.
c. Pewarnaan flagel
Pewarnaan flagel dengan
memberi suspensi koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga
terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
d. Pewarnaan
nucleoid
Pewarnaan nucleoid
menggunakan pewarna fuelgen yang khusus untuk DNA (Suriawiria. 2005).
Pewarnaan tahan asam yang umum digunakan adalah pewarnaan Zieh – Neelson
dengan pewarna utama karbol fuksin dengan pemanasan dan pewarna tandingan
metilen blue Loeffler. Perlakuan panas tersebut diganti dengan penggunaan
pembasah yaitu suatu deterjen untuk mengurangi tegangan permukaan lemak, untuk
menjamin penetrasi. Pewarna yang mengandung pembasah ini disebut pewarna
Kinyoun (Suryanto, 2006).
Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme seperti mikobakteri
menahan zat warna tersebut dengan erat, artinya tidak terpucatkan sekalipun
oleh zat yang bersifat keras seperti asam alkohol (yaitu 3% HCL dalam etanol
95%). Alkohol asam ini merupakan pemucat yang sangat intensif dan jangan
dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyak digunakan dalam prosedur
pewarnaan Gram. Kondisi pewarnaan ini, organisme yang dapat menahan zat warna
itu dikatakan tahan asam dan tampak merah. Bakteri biasa yang dindingnya tidak
bersifat terlampau lipoidal, pewarna karbol fuksin yang mewarnai sel dapat
dengan mudah dipucatkan oleh alkohol-asam dan karenanya dikatakan tak tahan
asam. Tercucinya karbol fuksin dapat diperagakan oleh terserapnya pewarna
tandingan biru metilen oleh sel, sehingga bakteri tersebut tampak biru
(Hadioetomo, 1993).
Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh
permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap
tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian
dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci
dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3%
(hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit
kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan
dibuang. Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan,
dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir
(Karuniawati, 2005).
2.3. Perbedaan Gram Positif dan
Negatif
Bakteri adalah sel prokariot yang khas, uniseluler dan tidak mengandung
struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Bakteri dapat
diklasifikasikan berdasarkan metoda pewarnaan gram menjadi dua kelompok besar,
yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Pewarnaan ini membedakan
bakteri berdasarkan karakteristik fisik dan kimia dinding selnya(Manurung,
2010).
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah bila
diamati dengan mikroskop. Sedangkan gram positif akan akan berwarna ungu.
Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus hanya mempunyai membran
plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan. Sekitar
90 % dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya
berupa molekul lain bernama asam teikhoat. Di sisi lain, bakteri gram negatif
memiliki sistem membran ganda dimana membran plasmanya diselimuti oleh membran
luar permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan,
yang terletak di antara membran dalam dan membran luar(Manurung, 2010).
Perbedaan relatif sifat bakteri gram
positif dan gram negatif.
Sifat
|
Bakteri garam (+)
|
Bakteri gram negatif(-)
|
Komposisi dinding sel
|
Kandungan lipid rendah (1-4%)
|
Kandungan lipid tinggi
|
Ketahanan terhadap penisilin
|
Lebih sensitif
|
Lebih tahan
|
Penghambatan oleh pewarna basa (VK)
|
Lebih dihambat
|
Kurang dihambat
|
Kebutuhan nutrisi
|
Kebanyakan spesies relatif kompleks
|
Relatif sederhana
|
Ketahanaa terhadap
perlakuan fisik
|
Lebih tahan
|
Kurang tahan
|
BAB
3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik ini dilaksanakan di
Laboratorium Bersama Budidaya Perairan dan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya pada pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai.
3.2. Alat,
Bahan dan Metoda
Alat, bahan dan metoda yang akan
digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
3.2.1. Alat
Alat yang akan digunakan pada praktikum pewarnaan
gram ini disajikan pada Tabel 3.1. sebagai berikut:
Tabel 3.1. Alat yang digunakan pada
praktikum
No
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
Fungsi
|
1
|
Bunsen
|
1 buah
|
Sterilisasi
|
2
|
Kaca Preparat
|
8 buah
|
Tempat bakteri
|
3
|
Korek api
|
1 buah
|
Menyalakan bunsen
|
4
5
|
Pipet Tetes
Mikroskop
|
1 buah
1 buah
|
Untuk meneteskan indikator
Untuk meihat bakteri
|
3.2.2. Bahan
Bahan yang akan digunakan pada praktikum pewarnaan
gram ini disajikan pada Tabel 3.2., sebagai berikut.
Tabel
3.2. Bahan yang digunakan pada praktikum
No
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
Fungsi
|
1
|
Air
|
Secukupnya
|
Untuk membilas
|
2
|
Kristal violet
|
Secukupnya
|
Sebagai zat
pewarna
|
3
|
Lugol iodin
|
Secukupnya
|
Sebagai pelekat
|
4
|
Alkohol
|
Secukupnya
|
Sebagai pelarut
|
5
|
Safranin
|
Secukupnya
|
Sebagai zat
pewarna
|
3.2.3. Metoda
Metoda yang digunakan pada praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. Ambil
bakteri kemudian letakkan di atas kaca preparat,lalu difiksasi.
2. Teteskan
kristal violet (2-3 tetes), tunggu sampai kering.
3. Bilas
dengan aquades.
4. Teteskan
lugol iodin (2-3 tetes), tunggu sampai kering.
5. Bilas
dengan aquades.
6. Teteskan
alkohol (2-3 tetes), keringkan.
7. Teteskan
safranin (2-3 tetes), keringkan.
8. Bilas
dengan aquades.
9. Amati
dengan mikroskop.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil dari praktikum pembuatan media agar ini adalah sebagai
berikut:
Bakteri Streptococcus
Bakteri Aeromonas
Bakteri Aeromonas
4.2. Pembahasan
Pewarnaan gram
menggunakan bakteri Streptococcus dan Aeromonas. Pengecatan gram ini terdiri
dari beberapa tahapan dimana violet kristal berfungsi sebagai cat utama,
larutan lugol iodin berfungsi untuk melekatkan bakteri ke kaca preparat,
larutan alkohol 70% digunakan sebagai peluntur dan safranin berfungsi sebagai
cat penutup. Pada tahap pengecatan gram dilakukan proses fiksasi yang bertujuan
untuk melekatkan sel bakteri pada kaca objek, untuk membunuh sel bakteri tanpa
merusak struktur bakteri dan untuk mencegah autolisis sel (Soetarto, 1995).
Hasil pengecatan
tersebut dapat dibedakan yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Pada prosedur pewarnaan gram mewarnai pada bakteri Streptococcus menjadi ungu
dan pada bakteri Aeromonas menjadi merah karena hal ini tampaknya disebabkan
oleh perbedaan dalam struktur kimiawi permukaannya (Dwidjoseputro, 2002).
Bakteri gram
positif berwarna ungu adalah bakteri yang mampu mengikat kuat cat utama violet
kristal dan tidak terlunturkan oleh aseton alkohol. Sehingga tidak terpengaruh
cat penutup safranin. Bakteri gram negatif berwarna merah adalah bakteri yang
dinding selnya tidak mampu menyerap kuat cat utama violet kristal sehingga
mudah terlunturkan oleh alkohol dan akhirnya selnya tertutup cat penutup
safranin (Soetrarto, 1995).
Pewarnaan gram
masih merupakan salah satu prosedur yang paling banyak digunakan untuk
mencirikan banyak bakteri. Terutama amat berarti di laboratorium diagnostik
rumah sakit karena informasi yang diperoleh dari pengamatan spesimen yang
diwarnai dengan pewarnaan gram dengan cepat dapat memberi petunjuk akan
organisme penyebab suatu infeksi (Pelczar, 1986).
Bakteri gram
negatif berbeda dari bakteri gram positif yaitu bakteri gram negatif lebih
rentan terhadap asam antibiotik seperti streptomisin. Bakteri gram positif pada
umumnya lebih rentan terhadap antibiotik penisilin dan kurang rentan terhadap
disintegrasi oleh perlakuan mekanis atau bila diberi enzim-enzim tertentu(Soetarto,
1995).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam pewarnaan mikrobia antara lain adalah fiksasi, peluntur
warna, subtrat, intensifikasi pewarna untuk mempercepat pewarnaan mikrobia
sehingga zat akan terikat lebih mudah di dalam jaringan. Zat warna penutup
untuk memberikan warna kontras pada sel mikrobia, yang diwarnai yang tidak
menyerap warna pula (Soetrarto, 1995).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada praktikum pewarnaan gram ini
adalah sebagai berikut:
1.
Pewarnaan bertujuan agar bakteri dapat terlihat oleh mikroskop, karena
pada dasrnya bakteri tidak memiliki zat warna.
2.
Perbedaan pada garam negatif dan gram
positif terletak pada warnanya pada gram positif berwarna ungu kareana dapat
mempertahankan zat pewarna kristal violet serta perbadaan terjadi pada dinding
selnya.
3.
Pewarnaan bakteri
dipengaruhi faktor-faktor antara lain fiksasi, pelunturan warna, substrat,
intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.
4.
Sifat
pewarnaan pada bakteri disebabkan oleh perbedaan susunan dari dinding sel bakteri gram positif dan
negative.
5.
Bakteri gram negatif bewarna merah karena pewarna utama larut
oleh alkohol sehingga ia tertutupi oleh safrani.
5.2. Saran
Sebaiknya saat praktikum alatnya di perbanyak sehingga
semua praktikan mencoba sendiri-sendiri. Karena jika praktikan bisa mencoba
sendiri-sendiri itu lebih mudah untuk dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 2002.
Dasar-Dasar Mikrobiologi.Djambatan,Malang.
Fitria. 2009. Pengecatan tentang bakteri. Wordpress,
Makassar.
Hadioetomo, R, S.,
1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Karuniawati. 2005. Mikrobiologi. JICA, Malang.
Manurung. 2010. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Erlangga,
Jakarta.
Pelczar. J.
Michael dan Chan E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Soetarto. 1995.
Bakteri dan Virus. Erlangga. Jakarta.
Suriawiria. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar
Sinanti. Jakarta.
Suryanto. 2006. Bahan Ajar : Mikrobiologi.USU-Press,
Medan.
Nice
ReplyDelete