LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
Respirasi
Pada Ikan
Fish Respiration
Anggi Meisardi
05051181419050
Kelompok V
PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Respirasi (pernapasan)
adalah poses pertukaan oksigen dan karbondioksida antara suatu organisme dengan
lingkungannya. Peranan oksigen dalam kehidupan ikan merupakan zat yang mutlak
dibutuhkan oleh tubuh yaitu untuk mengoksidasi zat makanan ( karbohidrat, lemak,
dan protein) sehingga dapat menghasilkan energy. Tingkah laku ikan saat
kandungan oksigen dalam air kurang adalah ikan akan berenang ke tempat yang
lebih baik kondisi oksigennya seperti : ke dekat inlet, air yang berarus dan ke
daerah permukaan serta dengan jalan meningkatan fekuensi pemompaan air atau
mempebesar volume air yang melewati insang (Affandi, 2001).
Adapun
komponen-komponen pada sistem pernapasan antara lain : alat pernapasan
(insang), oksigen dan karbondioksida, dan darah (butir-buti darah merah, Hb).
Prinsip pernapasan yaitu proses pertukaan gas terjadi secara difusi. Pada
proses difusi terjadi suatu aliran molekul gas dari lingkungan/ruang yang
konsentrasi gasnya tinggi ke lingkungan/ruang yang konsentrasi gasnya rendah
(Affandi, 2001).
Beberapa
ikan dilengkapi alat pernapasan tambahan untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang kurang sesuai, misalnya diverticula pharynx, labyrinth, vesica natatoria,
dikarenakan ada beberapa jenis ikan yang
merasa jenuh sehingga ikan muncul kepermukaan walau ikan dilengkapi dengan alat
pernapasan (Affandi, 2001).
Kelangsungan
hidup ikan sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mendapatkan oksigen yang
cukup dari lingkungan sekitarnya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam air akan
mempengaruhi fisiologi respirasi dan metabolisme tubuh ikan. Untuk lebih
mengetahui mekanisme pernapasan oleh ikan baik dengan alat pernapasan biasa
ataupun alat pernapasan tambahan maka praktikum ini dilaksanakan(Affandi, 2001).
1.2. Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah mengamati respirasi pada ikan.
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah
agar praktikan dapat mengetahui respirasi pada ikan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Patin
(Pangasius sp)
Adapun
sistematika ikan Patin
(Pangasius sp) menurut Saanin (2003),
yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
phylum : Chordata
sub phylum : Vertebrata
class : Pisces
sub class : Teleostei
ordo : Ostariophysi
sub Ordo : Siluroidei
family : Schilbeidae
genus : Pengasius
spesies : Pangasius sp
sub phylum : Vertebrata
class : Pisces
sub class : Teleostei
ordo : Ostariophysi
sub Ordo : Siluroidei
family : Schilbeidae
genus : Pengasius
spesies : Pangasius sp
Ikan
patin memiliki warna tubuh putih agak keperakan dan punggung agak kebiruan,
bentuk tubuh memanjang, kepala relatif kecil, pada ujung kepala terdapat mulut
yang dilengkapi dua pasang sungut yang pendek. Pada sirip punggung
memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang bergerigi dan
besar di sebelah belakangnya. Sirip ekor membentuk cagak dan bentuknya
simetris. Ikan patin tidak mempunyai sisik, sirip dubur relatif panjang
yang terletak di atas lubang dubur terdiri dari 30-33 jari-jari lunak sedangkan
sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak. Memiliki sirip dada 12-13 jari-jari
lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal
dengan patil, di bagian permukaan punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang
berukuran kecil (Saanin, 2003).
Ikan
Patin nama Inggrisnya Catfish, yang
termasuk dalam Famili Pangasidae,
Ikan Patin bersifat nocturnal (lebih
banyak melakukan aktivitas di malam hari), juga sifatnya yang Omnivora (pemakan
segala macam makanan), antara lain cacing, serangga, udang, ikan yang
kecil–kecil dan biji–bijian , bahkan sabun detergen batangan (Affandi, 2001).
Ikan
Patin, termasuk ikan dasar, dapat terlihat dari bentuk mulutnya yang terletak
lebih kebawah, dan habitat ikan ini di sungai–sungai besar , dan muara– muara
sungai, dan tersebar di Indonesia, Myanmar dan india (Affandi, 2001).
Banyak
kerabat Ikan Patin ini yang termasuk dalam keluarga Pangasidae ini, antara lain
yang tersebar di Indonesia pada umumnya memiliki ciri–ciri bentuk badannya sedikit
memipih, tidak bersisik atau ada yang bersisik sangat halus, mulutnya kecil dan
ada sungutnya berjumlah 2-4 pasang yang berfungsi sebagai alat peraba, terdapat
Patil/panting pada sirip punggungnya juga sirip dadanya, sirip duburnya panjang
dimulai dari belakang dubur hingga sampai pangkal sirip ekor (Affandi, 2001).
2.2. Habitat
dan Penyebaran Ikan Patin
Habitat dan penyebaran ikan patin (pangasius
sp) dimana patin tidak pernah
ditemukan di daerah payau atau di air asin. Habitatnya di sungai dengan arus
air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air (Affandi,
2001).
Habitat atau lingkungan hidup ikan patin banyak ditemukan di perairan air
tawar, di dataran rendah sampai sedikit payau. Penyebaran ikan patin di
Indonesia berada di Pulai Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Ikan patin
secara alami berada di perairan umum, namum seiring dengan semakin banyaknya
petani yang membudidayakan ikan patin ini, pemeliharaan ikan patin banyak
dilakukan di kolam-kolam buatan (Affandi, 2001).
2.3. Kebiasaan Makan
Kebiasaan
makan ikan (food habits) adalah
kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan ikan. Kebiasaan makan ikan
diperlukan untuk mengetahui gizi alamiah ikan tersebut sehingga dapat dilihat
hubungan ekologi diantara organisme diperairan itu, misalnya bentuk– bentuk
pemangsaan, saingan dan rantai makanan. Jadi makanan dapat merupakan faktor
yang menentukan bagi populasi pertumbuhan dan kondisi ikan. Jenis makanan dari
spesies ikan biasanya tergantung umur, tempat dan waktu (Affandi, 2001).
Ikan Patin termasuk ikan yang
beraktifitas pada malam hari atau nocturnal. Ia termasuk ikan ikan dasar
. Secara fisik memang dari bentuk mulut yang lebar persis seperti ikan demersal
lain seperti lele dan ikan gabus. Malam hari ia akan keluar dari lubangnya dan
mencari makanan renik yang terdiri dari cacing, serangga, udang sungai,
jeni–jenis siput dan biji–bijian juga. Dari sifat makannya ikan ini juga
tergolong ikan yang sangat rakus karena jumlah makannya yang besar (Affandi,
2001).
Ikan patin mempunyai kebiasaan makan di dasar
perairan atau kolam (bottom feeder). Berdasarkan jenis pakannya, ikan
patin digolongkan sebagai ikan yang bersifat omnivora (pemakan segala). Namun,
pada fase larva, ikan patin cenderung bersifat karnivora. Pada saat larva, ikan patin bersifat kanibalisme atau bersifat
sebagai pemangsa. Oleh karena itu, ketika masih dalam tahap larva, pemberian
pakan tidak boleh terlambat (Affandi, 2001).
2.4. Kualitas
Air
Air
merupakan media hidup bagi ikan dimana di dalamnya mengandung berbagai bahan
kimia lainnya, baik yang terlarut dan dalam bentuk partikel. Kualitas air bagi
perikanan didefenisikan sebagai air yang sesuai untuk mendukung kehidupan dan
pertumbuhan ikan, dan biasanya hanya ditentukan dari beberapa parameter. Unsur
kualitas air yang paling berpengaruh terhadap kehidupan ikan antara lain suhu,
oksigen terlarut (DO), keasaman (pH) dan kesadahan (Subani, 2000).
Kualitas
air sangat berhubungan erat dengan kelangsungan hidup ikan patin di bak
pendederan. Parameter kualitas air yang baik untuk dilakukannya budidaya
ikan patin. (Subani, 2000).
2.4.1. Suhu
Setiap
spesies mempunyai kisaran suhu yang berbeda, maka bila terjadiperubahan di luar
kisaran suhu tersebut akan membuat ikan stess bahkan bisamengakibatkan
kematian. Suhu yang lebih tinggi dari kisaran suhu optimal akanmeningkatkan
toksisitas dari kontaminan terlarut yang kemudian meningkatkanpertumbuhan dari
patogen, menurunkan konsentrasi oksigen terlarut,meningkatkan konsumsi oksigen
dari peningkatan suhu tubuh, serta meningkatkanlaju metabolisme. Sebaliknya
suhu yang lebih rendah dari kisaran suhu optimumakan mengakibatkan respon
imunitas menjadi lebih lambat, mengurangi nafsumakan, aktifitas dan pertumbuhan
.
Demikian
juga diungkapkan oleh Effendi (2000) bahwa suhu airberpengaruh tehadap
aktifitas penting terutama pernafasan, reproduksi serta lajumetabolisme. Secara
umum fluktuasi suhu yang membahayakan bagi ikan ialah 50C dalam
waktu 1 jam. Untuk transportasi jarak jauh dan lama (lebih dari 24 jam)oksigen
harus selalu tersedia dan suhu tidak boleh melebihi 280C, adapun
suhuyang ideal untuk transportasi ikan tropis adalah 20-24oC. Suhu
pemeliharaan ikanpatin umumnya berkisar antara 26,5-28oC untuk
pembesaran dan29-32oC untuk pembenihan (Effendi,2000).
2.4.2. Derajat Keasaman (pH).
Aktifitas ikan patin yang memproduksi asam dari hasil
proses metabolisme dapat mengakibatkan penurunan pH air, kolam yang lama tidak
pernah mengalami penggantian air akan menyebabkan penurunan pH, hal ini disebabkan
karena peningkatan produksi asam oleh ikan patin yang terakumulasi
terus-menerus didalam kolam dan ini dapat menyebabkan daya racun dari amoniak
dan nitrit dalam budidaya ikan nila akan meningkat lebih tajam. pH yang sesuai
agar pertumbuan ikan patin optimum adalah pada pH 6 – 7 (Subani, 2000).
2.4.3. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO)
Oksigen
terlarut (DO) adalah salah satu parameter kualitas air yang penting. Kekurangan
oksigen biasanya merupakan penyebab utama kematian ikan secara mendadak dan
dalam jumlah besar. Mempertahankan kondisi DO dalamkisaran normal akan membantu
mempertahankan kondisi ikan selama penanganan. Konsentrasi DO yang terlalu
rendah menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kesehatan ikan seperti
anoreksia, stres pernafasan, hipoksia jaringan, ketidaksadaran, bahkan
kematian.Bobot ikan dan suhu air merupakan faktor penting yang
mempengaruhikonsumsi oksigen ikan dalam kaitannya dengan metabolisme selama
transportasi.Ikan yang lebih berat dan yang diangkut menggunakan air yang lebih
hangatmemerlukan oksigen yang lebih banyak. Apabila suhu air meningkat
10°C(misalnya dari 10°C menjadi 20°C), maka konsumsi oksigen akan meningkat 2 kali
lipatnya. Oksigen terlarut di dalam mediatransportasi ikan harus lebih besar
dari 7 mg/l dan lebih kecil dari tingkat jenuh,sebab kebutuhan oksigen akan
meningkat pada saat kadar CO2 tinggi dan stres penanganan sehingga untuk
persiapan disediakan dua kali kebutuhan normal. Kandungan oksigen terlarut yang
baik untuktransportasi ikan harus lebih dari 2 mg/l (Rianaya,2011).
Konsumsi oksigen
tertinggi pada ikan terjadi 15 menit pertama dari saat transportasi.Pada benih
ikan patin siam, tingkat konsumsi oksigen benih yang berukuran lebih besar
cenderung lebih tinggi dibandingkan benih ukuran yanglebih kecil namun bila
berdasarkan tingkat konsumsi oksigen perkilogram nya, benih yang berukuran
lebih kecil memiliki tingkat konsumsi oksigen yang lebih besar.(Rianaya,2011).
2.5. Sistematika dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis nilotichus)
Sistematika ikan nila (Oreochromis niloticus)
menurut Saanin (2003) adalah sebagai berikut:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Pisces
ordo : Perchomorphi
famili : Chiclidae
genus : Oreochromis
spesies :Oreochromis
niloticus
Perbandingan
panjang badan dan tinggi badan pada ikan nila adalah 3 : 1. Pada sirip ikan
nila terdapat garis-garis tegak lurus dan pada sirip punggung terdapat
garis-garis yang condong atau tegak lurus dengan sirip. Bentuk badan pipih
berbentuk lonjong, matanya menonjol dan bagian tepinya berwarna putih,
dagingnya tebal dan tidak terdapat duri-duri halus didalamnya, kepalanya besar,
mulutnya lebar, bibirnya tebal, sisik besar-besar dan kasar, sirip punggung dan
sirip belakang memiliki jari-jari yang tajam seperti duri (Saanin, 2003).
Ciri-ciri
pada ikan nila ini adalah mempunyai ujung sirip kemerah-merahan pucat, warna
perut lebih putih, lubang urogenitalia ada 3 buah anus paling depan, lubang
telur dan lubang urine, warna dagu kehitam-hitaman atau kemerah-merahan, perut
jika distripping tidak mengeluarkan cairan. Sedangkan pada ikan nila
jantan yaitu ujung sirip memiliki warna
kemerah-merahan yang jelas, warna perut kehitam-hitaman, lubang urogenitalia ada
2 buah yaitu lubang sperma merangkap urine, warna dagu putih, perut jika
distripping mengeluarkan cairan berupa air (Affandi, 2001).
Secara
morfologis ikan nila memiliki bentuk tubuh simetris bilateral, panjang dan
ramping dengan perbandingan antara panjang total dengan tinggi 3:1, mulut
terminal dan dapat di sumbulkan. Sirip yang terdapat pada ikan nila yaitu ikan
nila mempunyai lima buah sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip
dada(Pectoral fin). Sirip punggung memanjang mulai dari bagian atas tutup
insang sampai bagian atas sirip ekor, sirip dada dan sirip perut masing-masing
adda sepasang dengan ukuran kecil, sirip anus hanya sebuah dengan bentuk agak
panjang, sementara sirip ekornya pun hanya satu buah dengan bentuk membulat (DPVAC dengan D panjang dan P
pendek, posisi V terhadap P adalah
abdomen, sirip C tegak) (Saanin, 2003).
2.6. Habitat dan Penyebaran Ikan Nila
Ikan
nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar. Meskipun
kadang-kadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin
(payau). Oleh karena itu ikan nila dikenal juga sebagai ikan yang bersifat
euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami
berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan
danau. Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada
daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup di
perairan dingin, Budidaya ikan nila juga dapat dilakukan di kolam-kolam tanah
ataupun tangki-tangki pembesaran buatan (Andrianto, 2005).
Ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Bogor
(Balai Penelitian Perikanan Air Tawar) pada tahun 1969. Setahun kemudian, ikan
ini mulai ditebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama nila berdasarkan
ketetapan Direktur Jenderal Perikanan pada tahun 1972. Nama tersebut diambil
dari narna species ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi . Nama
nilotica menunjukan daerah asal ikan ini, yaitu sungai (Andrianto, 2005).
Secara alami ikan ini melakukan migrasi dari habitat aslinya
di sungai Nil di Uganda (bagian hulu Sungai Nil) kw arah selatan melewati Danau
Raft dan Tanganyika hingga ke Mesir (sepanjang Sungai Nil). Nila juga terdapat
di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam
ikan di Chad dan Nigeria. Dengan campur tangan manusia, saat ini nila telah
menyebar ke seluruh dunia mulai dari Benua Afrika, Amerika, Eropa, Asia, dan
Australia. (Andrianto, 2005)
Klasifikasi awalnya,
nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia
nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan
larva di dalam mulut induknya. Dalam perkembangannya, para pakar perikanan
menggolongkannya ke dalam jenis Sorotherodon niloticus atau kelompok ikan tilapia
yang mengerami telur dan larvanya di dalam mulut induk jantan dan betina.
Akhirnya, diketahui bahwa yang mengerami telur dan larva di dalam mulut hanya
induk betinanya. Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah
yang tepat untuk ikan ini adalah Oreochromis
niloticus atau Oreochromis sp. (Andrianto, 2005).
Karena mudahnya
dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai
ikan konsumsi, termasuk di berbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat
rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga
yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering
pula dijadikan fillet
(Andrianto, 2005).
2.7. Kebiasaan
Makan Ikan Nila
Ikan nila merupakan jenis ikan yang aktif mencari makan pada
siang hari. Aktivitas makan ikan ini banyak dilakukan pada siang hari.
Pada malam hari, mereka lebih banyak beristirahat, contohnya yaitu
ikan mas, nila, bawal, dan gurami (Andrianto, 2005).
Kebiasaan makan dan laju pertumbuhan ikan nila.
Ikan nila tergolong ikan pemakan segala
(omnivora) sehingga bisa mengonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan. Karena
itu, ikan ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, pakan yang
disukainya adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp., Moina
sp. Atau Daphnia sp. Selain itu benih nila juga memakan alga atau lumut yang
menempel di bebatuan yang ada di habitat hidupnya. Ketika dibudidayakan, nila
juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya
(Andrianto, 2005).
Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan ini bisa diberi
berbagai pakan tambahan seperti pellet laju pertumbuhan tubuh nila yang
dibudidayakan tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan dan
interaksinya. Sebagai contoh, Curah
hujan yang tinggi akan mengganggu pertumbuhan tanaman air dan secara tidak
langsung akan memengaruhi pertumbuhan nila yang dipelihara.( Andrianto, 2005).
2.8. Kualitas Air
Ikan nila cocok dipelihara di dataran
rendah sampai agak tinggi (500 m dpl) Kualitas air untuk
pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh
pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Debit air untuk kolam
air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila
tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.( Andrianto,
2005).
Air yang digunakan dalam pembesaran ikan nila besaral dari aliran air
sungai dan campuran dari iar hujan. Pengelolaan kualitas air yang digunakan
yaitu dengan cara penanganan terhadap air serta pengecekan parameter kualitas
air dengan menggunakan alat ukur kualitas air seperti termometer untuk mengukur
suhu, DO meter sebagai pengukur kandungan oksigen, pH meter untuk pengecekan
pH, dan amoniak.( Andrianto, 2005).
2.8.1. Suhu
Suhu optimal
untuk ikan nila antara 25-300 C. Oleh karena itu ikan nila cocok
dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi 500 m diatas permukaan laut.(Lesmana,
2001).
2.8.2. pH
Ikan nila
yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibandingkan ikan
yang sudah besar. Nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5.
Namun, pertumbuhan optimal terjadi pada pH 7-8.(Andrianto, 2005).
2.8.3.
Oksigen
Terlarut (DO)
Oksigen
memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan
oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen
adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya
adalah nutrien yang dapat
memberikan kesuburan perairan (Salmin, 2005).
Nilai oksigen di dalam
pengelolaan kesehatan ikan sangat penting karena kondisi yang kurang optimal
untuk pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan ikan stress
sehingga mudah terserang penyakit. Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air
berbeda-beda, tergantung dari jenisnya dan kemampuan
untuk beradaptasi dengan naik-turunnya kandungan oksigen. Kandungan
oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan nila
sebesar 5 mg/l(Salmin, 2005).
2.9. Respirasi pada Ikan
Proses peningkatan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan organism dengan
lingkungannya dinamakan pernafasan (respirasi). Sistem organ yang berperan
dalam hal ini adalah insang. Oksigen merupakan bahan pernafasan yang dibutuhkan
oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Bagi ikan, oksigen diperlukan oleh
tubuhnya untuk menghasilkan energi melalui oksidasi lemak dan gula
(Triastuti et.al,. 2009).
Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida
dalam tubuh makhluk hidup disebut pernafasan atau respirasi. O2 dapat
keluar masuk jaringan melalui difusi. Pada dasarnya metabolisme yang normal
dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan karbondiokdisa. Pada hewan
vertebrata terlalu besar untuk dapat terjadinya interaksi secara langsung
antara masing-masing sel tubuh dengan lingkungan luar tubuhnya. Untuk itu
organ-organ tertentu yang bergabung dalam sistem pernafasan dikhususkan untuk
melakukan pertukaran gas pernafasan bagi keperluan seluruh sel tubuhnya (Rida,
2008).
Adapun mekanisme pernapasan pada ikan
secara singkat adalah: Pernafasan eksternal yaitu pertukaran oksigen (O2) dan
CO2 yang terjadi anatara air dan darah atau udara dengan darah. Pernafasan
internal yaitu pertukaran oksigen (O2) dengan CO2 yang terjadi antara darah dan
sel-sel. Fungsi gurat sisi pada pisces berguna mengetahui perubahan tekanan
air. Pernafasanb ikan terdiri dari dua fase yaitu fase inspirasi yang mengambil
O2 dari air dan fase ekspirasi yang merupakan pengeluaran CO2. Perlu diketahui
bahwa ikan bertulang sejati mempunyai tutup insang. Insang pada ikan terdiri
dari rigi-rigi saringan, lengkung insang dan lembaran insang. Rigi-rigi
berfungsi sebagai alat penyaring. Sedangkan lembaran insang, untuk memudahkan pertukaran
udara antara darah dengan air(Rida, 2008).
BAB 3
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1.
Tempat dan Waktu
Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan di Laboratorium Dasar Perikanan,
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya
pada hari Rabu, 18
Maret 2015 pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai.
3.2. Bahan dan Metode
3.2.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum respon ikan
terhadap perubahan cahaya adalah :
Tabel
3.2.1. bahan yang digunakan dalam
praktikum
No
|
Bahan
|
Spesifikasi
|
Fungsi
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Air
Ikan Nila
Ikan Patin
Aerator
Cuter
DO meter
Sterofom
Toples
|
3 liter
2 ekor
2 ekor
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
|
Media pemeliharaan ikan
Ikan yang diamati
Ikan yang diamati
Untuk menambah oksigen air
Untuk memotong sterofom
Untuk mengukur oksigen terlarut
Sebagai tutup wadah
Sebagai wadah ikan
|
3.2.2. Metode
1. Siapkan 1 toples dan masukkan air sebanyak 3
liter.
2.
Ukur DO awal air yang ada pada toples.
3.
Masukkan ikan kedalam toples.
4.
Tutup toples menggunakan sterofom yang telah di bentuk.
5.
Masukkan selang aerator dan amati tingkah laku ikan selama 5 menit.
5. Ukur DO akhir air pada toples.
BAB 4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel
4.1. Hasil pengamatan praktikum
Kelompok
|
DO awal
|
DO akhir
|
Respon ikan
|
1
|
6,92
|
7,48
|
Ikan
bergerak cepat
|
2
|
6,99
|
7,3
|
Ikan
bergerak cepat
|
3
|
6,45
|
7,66
|
Ikan
bergerak sangat aktif
|
4
|
6,84
|
7,30
|
Ikan
bergerak cepat
|
5
|
6,68
|
6,99
|
Ikan
bergerak cepat dan overculum cepar
|
4.2. Pembahasan
Seperti
yang telah kita ketahui bahwa respirasi adalah suatu proses pengambilan oksigen
diudara bebas dan mengeluarkan karbondioksida sisa dari respirasi. Respirasi
pada semua hewan baik mamalia ataupun pada ikan pada prinsipnya adalah sama
namun alat pernapasan yang dimiliki oleh setiap mahluk hidup memiliki keunikan
dan organ yang berbeda dalam proses respirasi. Praktikum ini salah satu
manfaatnya adalah untuk mengetahui fungsi dari aerator yang dapat menaikkan
kada oksigen terlarut (DO) yang nantinya
akan digunakan ikan sebagai bahan respirasi dalam hidup ikan.
Proses pernapasan pada ikan
adalah dengan cara membuka dan menutup mulut secara bergantian dengan membuka
dan menutup tutup insang. Pada waktu mulut membuka, air masuk ke dalam rongga
mulut sedangkan tutup insang menutup. Oksigen yang terlarut dalam air masuk
berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang. Dan pada
waktu menutup, tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui
insang. Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbondioksida
dikeluarkan. Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada lembaran insang.
Umumnya insang pada ikan terdiri dari 4 lembar tetapi yang
sering dibahas ada 3 lembar bagian pada ikan yaitu tulang lengkung insang,
tapis insang, dan filamen insang. Tulang lengkung insang pada ikan berfungsi
sebagai tempat melekatnya organ-organ yang lain pada insang, sedangkan tapis
insang adalah alat yang berguna sebagai penyaring makanan yang akan masuk
kedalam tubuh ikan melalui insang. Tapis insang pada ikan predator dan ikan
plankton feeder memiliki bentuk yang berbeda. Pada ikan predator, tapis insang
bentuknya renggang dan tajam seerti duri yang berfungsi untuk mengoyak makanan
yang masuk sedangkan pada ikan plankton feeder tapis insang berbentuk rapat dan
halus yang berfungsi sebagai filter atau penyaring. Lembar terakhir yang ada
pada insang ikan adalah filamen insang. Filamen insang adalah bagian pada
insang yang sangat penting, fungsi dari filamen insang adalah untuk mengikat
oksigen dari luar dan kemudian diedarkan keseluruh tubuh ikan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Respirasi adalah
suatu proses pengambilan oksigen dari udara dan pengeluaran karbondioksida.
2. Kadar oksigen
terlarut (DO) dalam perairan sangat mempengaruhi respirasi pada ikan .
3. Ikan bernapas menggunakan insang.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah suhu, kadar
CO2 di dalam udara, ukuran tubuh, umur, aktifitas ikan, dan jenis
kelamin.
5. Temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan
respirasi karena mekanisme pernafasan pada ikan diatur oleh mulut dan tutup
insang.
5.2. Saran
Sebaiknya saat praktikum tempat mengamati ikan diperluas
sehingga semua praktikan bisa mengamati ikan dengan jelas.
No comments:
Post a Comment