BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mikrobiologi
adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan mahluk hidup yang memiliki ukuran
mikro atau kecil bahkan tidak bisa dilihat oleh mata telanjang. Bicara tentang
mikrobiologi banyak hal yang akan dipelajari dan diamati karena disekitar kita
atau bahkan dalam diri kita ada mikroba-mikroba yang memiliki siklus hidup dan
lain-lain. Mengetahui atau mengamati mikroba yang ada di lingkungan kita adalah
merupakan suatu hal yang wajib, karena mereka memiliki beberapa fungsi ada yang
merugikan ada pula yang menguntungkan. Hal yang menguntungkan ini bisa nantinya
dimaksimalkan dan hal yang merugikan nantinya bisa diminimalisir ( Purnomo, B. 2011).
Untuk
mengetahui ataupun mengamati mikroba-mikroba yang ada di lingkungan kita
ataupun yang ada pada tubuh kita, kita memerlukan suatu percobaan atau bisa
disebut juga eksperimen-eksperimen. Karena ilmu didunia kita ini tidak hanya
sekadar teori namun harus dijelaskan juga dengan ilmu praktik, ataupun
percobaan-percobaan ( Purnomo, B. 2011).
Praktikum
atau percobaan dalam ilmu mikrobiologi berbeda dengan percobaan-percobaan ilmu
lainnya, hal ini dikarenakan percobaan yang dilakukkan membutuhkan ketelitian
yang sangat besar karena objek-objek yang diamati sangat kecil serta sulit
didapatkan. Selain itu yang menyebabkan perbedaan juga terletak pada suatu
alat-alat yang digunakan pada percobaan. Contohnya adalah inkubator,
autoklaf, counter colony dan lain-lain.( Purnomo, B. 2011)
Perbedaan
alat yang digunakan ini harus disikapi dengan serius, karena selama praktikum
akan berhubungan dengan alat-alat tersebut. Jadi praktikan wajib mengenal
alat-alat tersebut. Selain mengenal praktikan juga wajib mengetahui fungsi alat
tersebut serta harus terampil dalam menggunakannya.
Jika
praktikan tidak mengenal alat-alat yang terdapat di laboratorium, itu bisa
menyebabkan bahaya. Maka dilakukanlah pengenalan alat ini sebelum praktikan
melakukan praktikum. Agar saat praktikan melakukan praktikum tidak terjadi
hal-hal yang tidak di inginkan. Selain itu juga praktikan akan mudah saat
melakukan praktikum. Itulah yang melatar belakangi praktikum kali ini.
1.2. Tujuan
Tujuan dari
praktikum pengenalan alat dan sterilisasi adalah :
1. Untuk
mengetahui alat-alat gelas di laboratorium beserta fungsinya.
2. Untuk
mengetahui bagian-bagian pada mikroskop binokuler dan fungsinya.
3. Untuk
mengetahui proses sterilisasi dan desinfeksi.
4. Untuk
mengetahui proses sterilisasi kering.
5. Untuk
mengetahui jenis dan ciri media agar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengenalan Alat dan Bahan
2.1.1. Pengenalan Alat Laboratorium
Alat adalah suatu benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, perkakas,
perabot, yang dipakai untuk mencapai maksud. Alat-alat pada laboratorium bermacam-macam
jenis dan fungsi. Selama kegiatan percobaan pada laboratorium,
hal pertama yang harus diperhatikan oleh pengguna laboratorium atau praktikan
adalah mengenal bahan dan peralatan yang akan digunakan serta mengetahui
kegunaan bahan serta cara dari kerja
alat alat yang digunakan. Karena jika
pengguna laboratorium tidak kegunaan bahan serta fungsi alat yang digunakan
akan menghambat jalannya kegiatan di dalam laboratorium (Mila, Ermila. 2005).
Di laboratorium kita dapat
meneliti berbagai hal dengan menggunakan
peralatan-peralatan yang tersedia. Sehingga, laboratorium dianggap sebagai
suatu tempat dimana para mahasiswa dan dosen serta para peneliti melakukan
percobaan (Mila, Ermila. 2005).
Berbagai percobaan yang
dilakukan biasanya menggunakan alat-alat dalam bentuk gelas. Alat-alat di
laboratorium sangat mudah sekali pecah. Sering kali para praktikan yang tidak
berhati-hati dalam menggunakan peralatan di laboratorium tersebut. Hal
inilah yang sering menyebabkan
terjadinya kecelakaan pada saat kerja.
Akan tetapi, bila dilakukan dengan cara yang benar atau sesuai prosedurnya,
kecelakaan-kecelakaan seperti itu dapat diminimalisir. Kecelakaan itu juga
dapat terjadi karena kelalaian para praktikan, ini dapat membuat orang tersebut
cidera, dan bahkan juga bagi orang-orang yang berada di sekitarnya (Mila, Ermila. 2005).
Keselamatan kerja di
laboratorium adalah sesuatu yang sangat diharapkan khususnya oleh para peneliti
yang sering kali melakukan percobaan di laboratorium. Hal ini biasanya
terpikirkan oleh para peneliti yang selalu peduli akan kesehatan, keamanan, dan
kenyamanan kerja (Prawirahartono, Slamet. 2003).
Apabila pengguna laboratorium
tidak mengenal kegunaan bahan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi
kecelakaan sebagai akibat yang ditimbulkan
dari kesalahan penggunaan bahan kimia.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa bahan radioaktif dapat
menyebabkan radiasi pada tubuh manusia terutama pada bagian kulit. Oleh karena itu sangat perlu bagi pengguna
laboratorium untuk mempelajari lebih
dalam mengenai tata cara penggunaan bahan-bahan kimia yang terdapat pada
laboratorium kimia beserta prosedur keamanannya (Prawirahartono,
Slamet. 2003).
Laboratorium
adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, peneliti dan sebagainya melakukan
percobaan. Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai bahan, peralatan gelas
dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan bila
dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi
karena kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat membuat orang tersebut
cedera, dan bahkan bagi orang disekitarnya. Keselamatan kerja di laboratorium
merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan kesehatan,
keamanan dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan
resiko kecelakaan. Walaupun petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam
setiap penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan berulang-ulang agar
setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di laboratorium. Fungsi
laboratorium yaitu sebagai sumber belajar dan mengajar, sebagai metode
pengamatan dan metode percobaan, sebagai prasarana pendidikan atau sebagai
wadah dalam proses belajar mengajar (Prawirahartono,
Slamet. 2003).
Berbagai
peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar belakang pentingnya
bekerja dengan aman di laboratorium. Sumber bahaya terbesar berasal dari
bahan-bahan kimia, oleh sebab itu diperlukan pemahaman mengenai jenis bahan
kimia agar yang bekerja dengan bahan-bahan tersebut dapatlebih berhati-hati dan
yang lebih penting lagi tahu cara menanggulanginya. Limbah bahan sisa percobaan
harus dibuang dengan cara yang tepat agar tidak menyebabkan polusi pada
lingkungan. Cara menggunakan peralatan umum dan berbagai petunjuk praktis juga
dibahas secara singkat untuk mengurangi kecelakaan yang mungkin terjadi ketika
bekerja di Laboratorium (Prawirahartono,
Slamet. 2003).
Menurut Fatiqin dan Aini, (2013) alat-alat tersebut adalah sebagai berikut
:
1. Mikroskop, mikroskop digunakan
untuk melihat benda-benda yang ukurannya sangat kecil yang tidak bisa dilihat
oleh mata telanjang. Mikroskop juga digunakan untuk melihat sel mikroorganisme,
jadi dengan mikroskop kita dapat mengamati sel mikroorganisme dengan jelas.
Mikroskop terdiri dari; lensa okuler, pemutar lensa objektif, tabung okuler,
meja benda, condenser, lensa objektif, pemutar kekuatan lampu, tombol on-off,
pengatur jarak interpupilar, penjepit spesimen, iluminator, sekrup pemutar
vertikal, sekrup pemutar horizontal, sekrup pemutar kasar, sekrup pemutar halus,
sekrup pengencang tabung okuler, dan sekrup pengatur kondenser
2. Autoklaf, autoklaf yaitu
alat yang digunakan untuk menstresilkan berbagai macam alat dan bahan yang
digunakan dalam mkirobiologi dengan menggunakan uap air panas bertekanan
3. Inkubator, merupakan
alat yang digunakan untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang
terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan dan
pengatur waktu. Suhu di dalam inkibator konstan dan dapat diatur sesuai dengan
tujuan inkubasi
4. Hot Plate dan stirrer bar,
adalah alat yang digunakan untuk menghomogenkan suatu larutan dengan
pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan
sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi.
5. Colony counter, merupakan alat
yang berfungsi sebagai penghitung jumlah mikroba pada cawan petri dengan
menggunakan sinar dan luv. Perhitungan mikroba dapat dilakukan dengan
perbesaran menggunakan luv atau dengan menandai beberapa koloni yang terdapat
pada cawan petri menggunakan bulpoint yang terdapat pada coloni counter dan
juga menggunakan tombol check.
6. Pipet mikro dan tip, merupakan alat untuk memindahkan cairan yang bervolume
cukup kecil, biasanya kurang dari µl.
7. Cawan petri, adalah alat yang digunakan sebagai wadah untuk mengkultur
bakteri, khamir, spora atau biji-bijian.
8. Tabung reaksi, alat ini memiliki fungsi sebagai tempat media pertumbuhan
mikroba dalam bentuk media tegak atau miring yang disumbat dengan kapas,
dibulatkan lalu disterilkan dengan kapas berada tetap diatasnya dan diikat.
Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair.
9. Erlenmeyer, labu erlenmeyer berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau
cairan. Labu erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan
bahan-bahan komposisi media, menampung aquades, kultivasi mikroba dalam kultur
cair.
10. Jarum inokulum atau ose, alat yang berfungsi untuk memindahkan atau
mengambil koloni suatu mikroba kemedia yang akan digunakan kembali.
11. Beker glass, alat yang digunakan dalam banyak fungsi. Pada mikrobiologi,
dapat digunakan preparasi media-media, emanmpung aquades maupun tempat untuk
memanasi air.
12. Batang penyebar atau batang pengaduk, digunakan untuk menyebar biakan
bakteri yang terdapat diatas wadah pembiakan. Bentuknya segitiga kecil. Sesuai
dengan namanya alat ini menyebarkan mikroba-mikroba yang ada pada suatu media.
13. Kaca penyaring atau corong, alat ini digunakan dalam proses penyaringan dan
memindahkan media medium cair dari tempat yang besar ke tempat yang kecil
misalnya pada gelas kimia ke labu erlenmeyer, prinsip kerjanya yaitu meletakkan
corong pada bagian mulut labu dan dipegang lalu cairan dipindahkan.
14. Gelas ukur, berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu
erlenmeyer, gelas ukur, memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya.
Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume larutan tersebut ditentukan
berdasarkan menikus cekung larutan.
15. Bunsen, salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang
steril adalah pembakaran bunsen. Untuk strelisasi jarum ose atau yang lainnya,
bagian api yang paling cocok untuk memijarkan adalah bagian api yang berwarna
biru (paling panas). Perubahan bunsen dapat bmenggunakan bahan bakar gas atau
metanol.
16. Pinset, pinset memiliki banyak fungsi diantaranya untuk
mengambil benda dengan menjepit misalnya saat memindahkan cakram antibiotik.
17. PH indikator Universal, berguna untuk mengukur atau mengetahui pH suatu
larutan.
18. Pipet filler atau Rubber bulb, adalah alat untuk menyedot larutan yang
dapat dipasang pada tangkai pipet ukur.
19. Pipet ukur, merupakan alat untuk memindahkan larutan dengan volume yang
diketahui.
20. Mortar dan pestle, mortar dan penumbuk digunakan untuk menumbuk atau
menhacurkan materi cupilikan, misalnya daging, roti, atau tanah sebelum
diproses lebih lanjut.
21. Rak tabung reaksi, alat ini digunakan untuk meletakkan tabung reaksi
sehingga mempermudah saat pemegangan ataupun peletakkan tabung reaksi, alat ini
juga memiliki fungsi agar substarat atau media yang ada dalam tabung reaksi
tidak tumpah.
22. Penjepit tabung reaksi, digunakan untuk menjepit tabung reaksi. Alat ini
digunakan untuk mempermudah pada saat pemanasan tabung reaksi, sehingga tidak
terasa panas pada tabung reaksi dan menghindari kecelakaan karena pemanasan
tersebut.
2.1.2. Sterilisasi
Sterilisasi adalah perlakuan
yang membebakan benda yang diteliti dari senua organisme hidup. Hal ini dapat
dicapai dengan memberi bahan mematikan secara fisis atau kimiawi atau dengan
cara penyariangan untuk larutan khusus. Bahan ataupun peralatan yang digunakan
dalam laboratorium mikrobiologi, harus dalam keadaan steril. Artinya pada bahan
atau peralatan tersebut tidak terdapat mikrobayang tidak diharapkan
kehadirannya, baik yang akan mengganggu kehidupan dan proses yang akan
dikeringkan (Dwijosaputro, D. 2005).
Menurut Setiawati (2002) sterilisasi dengan cara peanasan ini termasuk
pada sterilisasi secara fisik. Sterilisasi dengan pemanasan dapat dibedakan
menjadi 5 yaitu sebagai berikut:
1. Udara
panas
Dipakai untuk mensterilkan
bahan atau alat yang mempunyai kemampuan tahan terhadap panas, bahan atau alat
tersebut dipanaskan pada suhu 105 deajat C selama 30 menit.
2. Tyndalisasi
Dipakai untuk mensterilkan
bahan atau alat yang tidak tahan suhu tinggi. Dipanaskan pada uhu 100 derajat
C, pada waktu 30 menit, hal ini diulang selama 3 hari secara berturut-turut.
Sementara tidak dipanaskan simpan pada suhu kamar.
3. Pasteurisasi
Untuk bahan makanan yang akan
mengalami peguraian apabila di[anaskan pada suhu tinggi. Alat atau bahan
dipanskan pada suhu 60 derajat C sampai dengan 80 derajat C selama 1 jam dalam
waktu 3 hari berturut-turut.
4. Uap
panas dan tekanan
Dipanaskan untuk mensterilkan
bahan atau alat yang tahan suhu panas tinggi disertai tekanan. Dengan menggunakan
alat yang dinamakan autoklaf, yang mana autoklaf ini bekerja pada suhu 121
derajat C selama 15 menit dengan menggunakan tekanan 15 lb/in (Setiawati, 2002).
Selain itu terdapat juga
sterilisasi denga radiasi dimana sterilisasi ini menggunakan cahaya ultraviolet
atau radiasi sinar Co 60 atu Co 139. Sterilisasi juga bisa dilakukan dengan
menggunakan bahan kimia, beberapa bahan kimia seperti alkohol, formaldehid,
sublimat 0,1 % , karbol, lisol, sabun/ detergen dan lain-lain yang dapat
digunakan sebagai alat sterilisasi. Sedangkan sterilisasi dengan saringan,
bahan yang tidak boleh dipanaskan, seperti serum darah atau beberapa macam gula tertentu dapat diterilkan dengan cara
penyaringan.
2.1.3. Desinfeksi
Desinfeksi adalah suatu proses
pematian bakteri beserta sporanya, sehingga pada proses ini bakteri akan
kehilangan daya untuk bertahan hidup disuatu tempat. Bahan yang di gunakan
dalam desinfeksi adalah desinfektan. Desinfektan
adalah bahan yang digunakan untuk melaksanakan desinfeksi. Seringkali sebagai
sinonim digunakan istilah antiseptik, tetapi pengertian desinfeksi
dan desinfektan
biasanya ditujukan terhadap benda-benda mati, seperti
lantai, piring, pakaian. Zat-zat yang menghambat pembiakan mikroorganisme
dengan tiada membunuhnya dinamakan antiseptik. Antiseptik dan desinfektan dapat
merupakan zat yang sama tetapi berbeda dalam cara penggunaannya. Atiseptik
digunakan pada jaringan hidup, sedangkan desinfektan digunakan untuk
bahan-bahan tidak bersenyawa (Irianto, 2006).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu
dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Selasa, 17 Februari 2015, pada pukul 14.30 WIB sampai
selesai, yang bertempat di
laboratorium Dasar Perikanan dan laboratorium budidaya perairan, Fakultas
Pertanian Universitas
Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat, Bahan dan Metoda
Adapun alat, bahan dan metoda yang akan
digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
3.2.1. Alat
Alat yang akan digunakan pada praktikum dasar-dasar
mikrobiologi ini disajikan pada Tabel 3.1., sebagai berikut.
Tabel 3.1. Alat
yang digunakan pada praktikum
No
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
Fungsi
|
1
|
Erlenmeyer
|
1 buah
|
Membuat larutan
|
2
|
Mikroskop
|
1 buah
|
Pengamatan bakteri
|
3
|
Tabung Reaksi
|
1 buah
|
Tempat mereaksikan suatu zat
|
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
|
Pipet Tetes
Cawan Porselen
Mortar
Autoklaf
Oven
Cawan Petri
Gelas Ukur
Bunsen
Magnetik Stirer
Neraca Analitik
Jarum Ose
|
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
|
Mengambil larutan
Menguji sampel
Untuk menghaluskan bahan
Sterilisasi basah
Sterilisasi kering
Menyimpan media
Mengukur volume larutan
Sterilisasi
Menghomogenkan larutan
Menimbang zat kimia
Isolasi atau mengkultur mikroba
|
3.2.2. Bahan
Bahan yang akan digunakan pada praktikum dasar-dasar
mikrobiologi ini disajikan pada Tabel 3.2., sebagai berikut.
Tabel
3.2. Bahan yang digunakan pada praktikum
No
|
Nama bahan
|
Jumlah
|
Fungsi
|
1.
2.
3.
|
Alkohol
TSA
TSB
|
Secukupnya
Secukupnya
secukupnya
|
Sterilisasi
Sebagai
media kultur
Sebagai
media kultur
|
3.2.3. Metoda
Metoda yang digunakan pada praktikum
ini, yaitu sterilisai kering adalah sebagai berikut :
1. Alkohol
70% di semprotkan ke tangan
2. Alat
yang akan digunakan di sterilisasi
3. Bunsen
di nyalakan
4. Jarum
ose di panaskan hingga memijar
5. Tabung
reaksi yang telah berisi mikroba diambil dan
kemudian mikroba di ambil dengan jarum ose
6. Cawan
petri di dekatkan ke bunsen dan diputar-putar
7. Tabung
reaksi ditutup dengan aluminium foil
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Hasil yang didapat dari
praktikum dasar-dasar mikrobiologi akuatik disajikan pada tabel 4.2., sebagai berikut :
Tabel
4.2. Alat-alat yang digunakan
No
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
Gambar
Alat
|
1.
|
Pembakar Spiritus/bunsen
|
Membakar zat atau memanaskan larutan
|
|
2.
|
Cawan Petri
|
Digunakan untuk membiakkan sel. Cawan petri selalu berpasangan,
yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan
tutupnya.
|
|
3.
|
Tabung Reaksi
|
Menampung larutan dalam jumlah yang sedikit.
|
|
4.
|
Pipet tetes
|
Memindahkan beberapa tetes zat cair
|
|
5.
|
Gelas Beaker
|
Menampung bahan kimia atau larutan dalam jumlah yang banyak.
|
|
6.
|
Erlenmeyer
|
Menyimpan dan memanaskan larutan dan menampung filtrat hasil
penyaringan
|
|
7.
|
Penjepit tabung
reaksi
|
Menjepit tabung reaksi selama melakukan proses pemanasan
|
|
8.
|
Gelas Ukur
|
Untuk mengukur volume larutan
|
|
9.
|
Mortar
dan Alu
|
Menggerus dan menghaluskan suatu zat
|
|
10.
|
Cawan Porselin
|
Wadah untuk mereaksikan atau mengubah suatu zat pada suhu tinggi
|
|
11.
|
Magnetik Stirer
|
Untuk mengaduk media pada pemanasan
|
|
12.
|
Jarum Ose
|
Untuk mengambil dan memanaskan bakteri
|
.
|
13.
|
Neraca Analitik
|
Untuk menimbang massa suatu zat.
Tingkat ketelitian lebih tinggi neraca di atas.
|
|
14.
|
Batang Pengaduk
|
Untuk mengaduk larutan/cairan.
|
|
15.
|
Rak tabung reaksi
|
Untuk meletakkan tabung reaksi
|
|
16.
|
Bola hisap
|
Tanda A untuk mengembalikan kebentuk semula, tanda S untuk
menghisap larutan, dan tanda E untuk mengeluarkan larutan.
|
|
17.
|
Oven
|
Mengeringkan peralatan yang akan digunakan
|
|
18.
|
Autoclave
|
Alat pemanas
tertutup yang digunakan
untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap
bersuhu dan bertekanan tinggi
|
|
4.1.2. Sterilisasi kering
Hasil dari percobaan sterilisasi
kering ini adalah mikroba yang dikultur dalam tabung reaksi yang telah
disterilisasi dengan bunsen.
4.2. Pembahasan
Pratikum
mikrobiologi ini banyak menggunakan alat yang terbuat dari kaca. Alat pratikum
sangat penting sekali dalam berlangsungnya percobaan. Keakuratan hasil
pengamatan bisa ditentukan oleh alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan
dalam laboratorium bermacam-macah jenisnya.
Dalam melakukan percobaan kita harus mengenal terlebih dahulu alat
yang akan kita gunakan dan dalam percobaan kita harus mengetahui fungsi dan
cara kerja dari masing-masing alat-alat dengan menggunakan panas yang tidak
begitu tinggi.
Ada beberapa hal yang harus
diketahui praktikan sebelum melakukan percobaan, diantaranya adalah mengetahui
alat-alat yang akan digunakan serta fungsinya. Alat-alat yang digunakan dalam
praktikum biasanya cawan petri, pipet
tetes, bunsen, tabung reaksi, beaker glass, erlenmeyer, ball pipet dan
lain sebagainya.
Pipet tetes digunakan untuk
memindahkan larutan dari suatu wadah ke wadah lain. Pipet tetes harus
dibersihkan apabila air suling tidak menetes keluar dengan seragam, tetapi
menyisakan tetesan kecil yang menempel pada dinding dalam. Pembersihan dapat
dilakukan dengan larutan detergen hangat atau larutan pembersih.
Cawan petri berfungsi untuk
membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian
bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam
berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat
menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira
cukup diisi media sebanyak 10 ml.
Ball
pipet adalah
alat untuk menyedot larutan yang dapat dipasang pada pangkal pipet ukur. Karet
sebagai bahan filler merupakan karet yang resisten bahan kimia.Filler
memiliki 3 saluran yang masing-masing saluran memiliki katup. Katup yang
bersimbol A (air) berguna untuk mengeluarkan udara dari gelembung. S (suck)
merupakan katup yang jika ditekan maka cairan dari ujung pipet akan tersedot ke
atas. Kemudian katup E (exit) berfungsi untuk mengeluarkan.
Bunsen salah
satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah pembakar
bunsen. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang paling
cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru (paling panas).
Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau methanol.
Di dalam mikrobiologi, tabung
reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan mikroba. Tabung
reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat berupa
kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil. Media padat yang
dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya,
yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring (slants agar).
Untuk membuat agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media yaitu
luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu
lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabung karena
memperbesar resiko kontaminasi. Untuk alasan efisiensi, media yang ditambahkan
berkisar 10-12 ml tiap tabung. Media agar memiliki beberapa fungsi yaitu, untuk
menumbuhkan bakteri, mengembangbiakkan bakteri, mengisolasi bakteri, serta
sebagai nutrien untuk bakteri. Syarat media agar bisa dikatakan baik adalah
mengandung unsur hara, steril,dan osmosisnya sesuai bakteri.
Pada
pratikum sterilisasi ini alat-alat yang digunakan haruslah dalam keadaan yang
steril, dimana alat-alat yang digunakan untuk sterilisasi dalam pratikum ini
adalah cawan petri, tabung reaksi. Fungsi dan cara kerja dari masing-masing
alat tersebut sangatlah berbeda. Dalam percobaan kali ini kami menggunakan 2
cara sterilisasi, yaitu sterilisasi kering dan sterilisasi basah. Adapun alat
yang akan di steril kan adalah tabung reaksi dan cawan petri.
Pada sterilisasi basah
menggunakan bahan yaitu alkohol 70% di karenakan alkohol bersifat beracun yang
dapat membunuh batkeri pada alat yang kan di sterilkan. Alkohol 70% yaitu
alkohol yang mengandung alkholol sebanyak 70% dan sisanya aquadest sebanyak 30%
dan juga alkohol 70% ini memiliki harga yang lebih murah. Sebelum mensterilkan
alat terlebih dahulu kita menyemprot alkohol tersebut ke tangan kita lalu
mengeringkan nya dengan menggunakan tissue. Setelah itu barulah kita
mensterilkan ke dua alat tersebut dengan cara menyemprotkan bagian luar alat
itu dengan alkohol 70% lalu alat tersebut di keringkan dengan tissue. Untuk
tabung reaksi pada mulut tabung di masukkan kapas agar bakteri tidak dapat
masuk ke dalam tabung reaksi, setelah itu ke dua alat tersebut di bungkus
dengan kertas bersih dengan teknik tersendiri.
Pada sterilisasi kering, alat yang akan di
sterilkan sama seperti sterilisasi basah yaitu tabung reaksi dan cawan petri.
Pada sterilisasi ini menggunakan pemanasan langsung dengan alat pemanas
berbahan bakar spritus atau bunsen. Bahan bakar pada bunsen yang di gunakan
adalah spritus karena warna api yang di hasilkan berwarna biru dan tidak
menimbulkan bau serta asap sedangkan kalau bunsen menggunakan minyak lampu maka
akan menyebabkan bau dan asap yang tidak di inginkan. Cara steril alat ini
adalah pertama bunsen di nyalakan dan alat tersebut di panaskan secara langsung
pada api tetapi api tidak bersentuhan langsung dengan alat yang akan di
sterilkan. Setelah alat tersebut di panaskan lalu di dinginkan dan alat-alat
tersebut di bungkus dengan kertas bersih dengan teknik tersendiri.
BAB 5
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan
yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Pengenalan alat sangatlah penting sebelum
melakukan praktikum agar terjaminnya keselamatan kerja
2.
Sebelum melakukan praktikum alat yang akan
digunakan haruslah di sterilkan terlebih dahulu.
3.
Oven digunakan untuk sterilisasi kering.
4.
Autoclave digunakan untuk sterilisasi basah.
5.
Alat-alat yang ada di laboratorium kebanyakan
terbuat dari kaca.
5.2. Saran
Saran dari saya untuk praktikum selanjutnya, seabaiknya assisten di
setiap meja cukup hanya satu saja agar bisa lebih banyak meja. Karena jika tiap
meja hanya satu orang asisten yang lain bisa membimbing praktikan yang lain
pada materi yang sama. Sehingga waktu bisa lebih efisien karena semua praktikan
cepat melakukan praktikum, tidak harus menunggu praktikan yang lain selesai
melakukan praktikum. Terima kasih.
Jasa Import AlaT Laboratorium
ReplyDeletehttps://jasafreightforwarder.com/info/jasa-import-alat-laboratorium-081222613199
Jasa Import AlaT Laboratorium
ReplyDeletehttps://jasafreightforwarder.com/info/jasa-import-alat-laboratorium-081222613199
Jasa Import AlaT Laboratorium
ReplyDeletehttps://jasafreightforwarder.com/info/jasa-import-alat-laboratorium-081222613199