BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Mikroorganisme yang berada di sekitar kita
bermacam-macam ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan bagi makhluk hidup, khususnya pada manusia.Mikroorganisme misalnya bakteri
ada yang bersifat patogen dan non patogen.Bakteri patogen adalah bakteri yang
dapat menyebabkan penyakit tertentu, sedangkan
bakteri non patogen adalah bakteri yang tidak menyebabkan penyakit.Adanya
bakteri patogen membuat peneliti mulai
mengembangkan pengetahuan mengenai resistensi suatu bakteri dan menemukan zat
antimikrobia yang kemudian memudahkan manusia untuk mengendalikan pertumbuhan
suatu bakteri(Novillia, 2008).
Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme
(khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat
membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Tiap-tiap antibiotik memiliki efektivitas yang
berbeda-beda terhadap mikroorganisme (bakteri).Beberapa antibiotik dapat
bekerja dengan baik pada bakteri gram negatif dan beberapa antibiotik lainnya
ada yang lebih efektif pada bakteri gram positif(Syamsuni, 2005).
Cara mmengetahui efektivitas suatu antibiotik dengan
mengetahui tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik dapat dilakukan dengan uji Kirby-Bauer. Prinsip dasarnya adalah dengan meletakkan disk yang
telah mengandung antibiotik dengan konsentrasi dan kadar tertentu pada media
agar yang telah ditanam bakteri uji. Zona hambat/ bening yang dihasilkan
disekitar disk inilah yang digunakan sebagai dasar penentuan tingkat
resistensi.tingkat resisntensi bakteri dibedakan menjadi 3 yakni: sensitif,
intermediet, dan resisten. Bakteri bersifat sensitif adalah jika terbentuk zona
bening pada saat diuji Kirby-Bauer, resisten adalah jika tidak terbentuk zona
bening pada saat diuji Kirby-Bauer, sedangkan intermediet adalah jika terbentuk
zona bening pada saat diuji Kirby-Bauer dengan diameter yang kecil(Novillia,
2008).
Berdasarkan hal tersebut,
untuk mengetahui resistensi bakteri terhadap antibiotik dan mengetahui efektifitas
antibiotik tersebut, maka dilakukan percobaan uji resistensi pada bakteri.
1.2. Tujuan
Untuk
mengetahui tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik.
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Uji Resistensi
Resistensi menyatakan bahwa uji resistensi
bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kepekaan bakteri
terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki
aktivitas antibakteri. Metode uji resistensi bakteri adalah metode cara
bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan
anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau
mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji resistensi bakteri
merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kekebalan bakteri terhadap zat
antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar
dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui resistensi
bakteri. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di
sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan
pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri.
Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk
bakteri tersebut semakin resistensi(Chambers, 2004).
Pada umumnya metode yang
dipergunakan dalam uji resistensi bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu
dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang
diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak
ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang
menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri (Ermilla, 2006).
Tujuan dari proses uji resistensi
ini adalah untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk
kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan
untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab
kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten
terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis
pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul
terbunuh oleh antibiotik (Dwidjoseputro, 2003).
Zona Hambat merupakan tempat dimana
bakteri terhamabat pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona
hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media
agar oleh antibiotik. Contohnya: tetracycline, erytromycin, dan streptomycin.
Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Novillia, 2008).
2.2. Metode-metode Uji Resistensi
Menurut Syamsuni
(2005) ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam pengujian uji resistensi
terhadap mikroba. Salah satu metode yang dipakai adalah metode difusi yang
terdiri beberapa cara diantaranya yaitu :
1. Metode disc diffusion
(tes Kirby dan Bauer) untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan
yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami
mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih
mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen
antimikroba permukaan media agar.
2. Metode E-test
digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum
inhibitory concentration) atau KHM (kadar hambat minimum), yaitu
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghabat pertumbuhan
mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen
antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan permukaan media
agar yang telah ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih
yang ditimbulkannya yang menunjukkan kadar agen antimikroba yang menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada media agar.
3. Ditch-plate
technique
Pada
metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada parit yang
dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah
secara membujur dan mikroba uji ( maksimum 6 macam ) digoreskan kearah parit
yang berisi agen antimikroba.
4. Cup-Plate
Technique
metode
ini serupa dengan mitode disc diffusion, dimana dibuat sumur pada
media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut
diberi agen antimikroba yang akan diuji.
5. Gradient-Plate
Technique
Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar
secara teoretis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan
uji ditambahkan. Campuran kemudian dituang kedalam cawan petri dan diletakkan
dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya dihitung diatasnya.
Plate
diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan
permukaan media mengering. Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah
mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjang
total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin dibandingkan dengan
panjang pertumbuhan hasil goresan.
2.3. Antibiotik
Antibiotik
atau dikenal juga sebagai obat anti bakteri merupakan obat yang digunakan
untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.Alexander
Fleming pada tahun 1927 menemukan antibiotika yang pertama yaitu
penisilin.Pada tahun 1940, antibiotika dapat dikatakan merubah dunia
pengobatan serta mengurangi angka kesakitan & kematian yang
disebabkan oleh penyakit infeksi secara dramatis (Ganiswarna, 1995).
Pengertian dari antibiotika pada awalnya merujuk pada
senyawa yang dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme yang dapat membunuh
bakteri penyebab penyakit pada hewan & manusia.Saat ini beberapa jenis
antibiotika merupakan senyawa sintetis (tidak dihasilkan dari
mikororganisme) tetapi jugadapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri.
Secara teknis, zat yang dapat membunuh bakteri baik berupa senyawa
sintetis atau alami disebut dengan zat antimikroba, akan tetapi banyak
orang yang menyebutnya dengan antibiotika. Antibiotika mempunyai manfaat yang
sangat banyak, penggunaanantibiotika secara berlebihan juga dapat memicu
terjadinya resistensi antibiotika (Wasitaningrum, 2009).
Antibiotik
adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Para peneliti diseluruh dunia
memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotik namun berhubung dengan
adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat
digunakan sebagai obat diantaranya adalah streptomycin vial injeksi,
Tetrasiklin kapsul, Kanamicin kapsul, Erytromicin kapsul, Colistin
tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin kapsul (Djide, 2003).
Kegiatan
antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander
Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru dikembangkan dan
dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford) yang kemudian
banyak zat lain dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik
di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa
saja yang dapat digunakan sebagai obat (Djide, 2003).
Antibiotik
digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala infeksi
terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang
dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem
pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan
antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk membasni mikroba penyebab infeksi
pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif(Ganiswarna, 1995).
2.4. Jenis-jenis Antibiotik
Menurut Misra (2012) antibiotik dapat digolongkan
menjadi beberapa macam dan fungsi yang berbeda-beda, diantaranya :
1. Penisilin
Penisilin digunakan
secara luas untuk mengobati infeksi tertentu seperti infeksi kulit, radang
tenggorokan, infeksi dada dan infeksi saluran kemih. Beberapa jenis penisilin banyak digunakan meliputi:
Antibiotik Amoxicillin (amoksisilin) dan Flukloksasilin. Sekitar 1 dari 15 orang akan mengalami reaksi alergi setelah
menggunakan obat penisilin dan sejumlah kecil orang akan mengalami reaksi
alergi antibiotik yang cukup parah (anafilaksis). Sangat penting untuk
memberitahu dokter atau profesional kesehatan yang merawat Anda jika Anda
berpikir Anda mengalami reaksi alergi terhadap antibiotik penisilin. Masalah
lain dengan penisilin adalah bahwa beberapa jenis bakteri telah menjadi kebal
terhadap itu karena telah begitu banyak digunakan.
2.
Antibiotik Sefalosporin
Obat Sefalosporin adalah anti biotik
spektrum luas, yang berarti mereka efektif dalam mengobati berbagai jenis
infeksi termasuk infeksi yang lebih serius, seperti: Septicemia - infeksi
darah, Pneumonia, dan Meningitis - infeksi lapisan pelindung terluar dari otak
dan sumsum tulang belakang. Contoh Sefalosporin meliputi: Obat Cefalexin dan
Obat Cefixime. Jika anda alergi terhadap penisilin anda mungkin juga alergi
terhadap sefalosporin.
3. Aminoglikosida
3. Aminoglikosida
Aminoglikosida
adalah jenis obat antibiotik yang digunakan secara luas diresepkan sampai
ditemukan bahwa Aminoglikosida dapat menyebabkan kerusakan baik pendengaran
maupun ginjal. Karena itu, Aminoglikosida cenderung sekarang digunakan hanya
untuk mengobati penyakit yang sangat serius seperti meningitis. Aminoglikosida
memecah dengan cepat di dalam sistem pencernaan sehingga mereka harus diberikan
melalui suntikan atau tetes.
4. Obat tetrasiklin
Tetrasiklin adalah
jenis lain dari obat antibiotik spektrum luas yang dapat digunakan untuk
mengobati berbagai macam infeksi. Tetrasiklin umumnya juga merupakan salah satu
obat antibiotik untuk jerawat yang digunakan untuk mengobati jerawat yang parah
dan kondisi yang disebut rosacea, yang menyebabkan kemerahan pada kulit dan
bintik-bintik.
5. Makrolida
Manfaat antibiotik
Makrolida adalah jenis antibiotik yang berguna dalam mengobati infeksi
paru-paru dan dada. Makrolida juga bisa menjadi pengobatan alternatif yang
berguna bagi orang-orang dengan alergi penisilin atau untuk mencegah bakteri
yang kebal obat penisilin. Contoh golongan
antibiotik makrolida termasuk: Eritromisin dan Spiramisin.
6. Fluoroquinolones
Fluoroquinolones
adalah tipe terbaru dari antibiotik. Fluoroquinolones merupakan obat antibiotik
spektrum luas yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi.
Contoh fluoroquinolones adalah: Obat Ciprofloxacin dan Obat Norfloksasin.
2.5.
Karakteristik Bakteri
Sering
dianggap sebagai bentuk kehidupan sederhana, bakteri membentuk berbagai
kelompok organisme. Keragaman bakteri telah menyebabkan kelompok ini akan
dibagi menjadi dua domain kehidupan, Eubacteria dan Archaea. Meskipun keragaman
ini, bakteri membagi sejumlah karakteristik, terutama yang memiliki sel
prokariotik. Selain itu, ada sejumlah ciri seperti komposisi dinding sel secara
luas dibagi di antara Eubacteria dan archaeans, meskipun adanya beberapa
bakteri tanpa karakteristik ini hampir di mana-mana menggaris bawahi
keanekaragaman mereka. Menurut Ermilla (2006), bakteri yang ada
di bumi ini memiliki karakteristik yang berbeda antara bakteri jenis yang satu
dengan jenis yang lain tetapi pada umumnya terdapat beberapa kesamaan, secara
umum karakterisitik bakteri yaitu :
1. Bersel tunggal
Mungkin ciri paling sederhana dari
bakteri adalah keberadaan mereka sebagai organisme bersel tunggal. Sementara
sebagian besar bakteri, archaeans dan Eubacteria sama, menghabiskan seluruh
siklus hidup mikroskopis mereka sebagai sel tunggal independen, beberapa
seperti dalam tanah myxobacteria akan membentuk tubuh berbuah multiseluler
sebagai bagian dari siklus hidup mereka.
2. Tidak ada Organel
Sel eukariotik,
seperti tanaman, hewan dan jamur, memiliki inti yang terikat membran yang
compartmentalizes DNA sel dari sisa sel. Fungsi lain di dalam sel-sel ini juga
diserap ke membran-terikat organel khusus, seperti mitokondria untuk respirasi
sel dan kloroplas untuk fotosintesis. Bakteri tidak memiliki nukleus dan
organel kompleks dalam sel mereka. Ini bukan untuk mengatakan bahwa bakteri
tidak memiliki organisasi internal, DNA mereka sering diasingkan ke wilayah sel
bakteri yang dikenal sebagai nucleoid tersebut. Namun, penting untuk dicatat
bahwa nucleoid tersebut tidak secara fisik dipisahkan dari seluruh sel dengan
membran.
3. Plasma Membran
Meskipun
membran plasma yang umum di seluruh sel hidup lainnya, membran ini bukan fitur
bakteri. Tidak adanya organel internal yang pada akhirnya menurunkan banyak
fungsi yang terjadi dalam sel-sel eukariotik terjadi pada membran plasma
bakteri. Misalnya, infoldings khusus dari membran plasma memungkinkan bakteri
fotosintetik untuk melakukan reaksi tergantung cahaya fotosintesis sehingga
fotosintesis eukariota dilakukan pada selaput thykaloid dalam kloroplas.
4. Dinding sel
Sebuah
dinding sel peptidoglikan adalah fitur umum di antara Eubacteria. Dinding sel
ini menyelubungi sel bakteri, memberikan kekuatan dan mencegah pecah di
lingkungan yang berubah. Salah satu pengujian yang mendasar dilakukan dalam
mengidentifikasi bakteri adalah pewarnaan Gram, yang mengkategorikan sebagai
Eubacteria Gram positif atau Gram negatif didasarkan pada kemampuan dinding sel
untuk mempertahankan kristal violet pewarna. Dinding sel merupakan target
antibiotik penisilin dan turunannya. Penisilin menghambat pembentukan dinding
sel dan dapat menghancurkan dinding, terutama di cepat tumbuh dan berkembang
biak bakteri. Sekali lagi menggarisbawahi keragaman dalam kelompok ini, tidak
semua Eubacteria memiliki dinding sel peptidoglikan. Dinding sel klamidia tidak
memiliki peptidoglikan. Kurangnya Mycoplasma setiap dinding sel. Archaeans juga
memiliki dinding sel tetapi menggunakan bahan selain peptidoglikan.
5. DNA
Beberapa,
kromosom linier sering diwakili grafis dalam buku teks biologi yang khusus
untuk eukariota. Sebaliknya, baik archaeans dan Eubacteria memiliki kromosom
tunggal melingkar dan sebuah urutan DNA jauh lebih pendek daripada yang ditemukan
pada eukariota. Semakin pendek urutan DNA mungkin sebagian dapat dijelaskan
oleh relatif berkurang kompleksitas sel bakteri tetapi juga hasil dari
berkurangnya keberadaan intron – segmen gen yang dikeluarkan selama terjemahan
DNA menjadi protein. Genom bakteri ditambah dengan fragmen kecil dari DNA yang
dikenal sebagai plasmid, meskipun ini tidak unik untuk bakteri dan juga dapat
ditemukan pada eukariota. Plasmid yang direplikasi dalam sel bakteri independen
dari kromosom bakteri dan dapat dipertukarkan antara organisme bakteri yang
berbeda. Plasmid mungkin memberikan atribut ke sel inang seperti resistensi
antibiotik.
BAB
3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Maret 2015, pada pukul 14.30 WIB sampai
selesai, yang bertempat di
laboratorium Dasar Perikanan dan laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2. Alat, Bahan dan Metoda
Alat,
bahan dan metoda yang akan digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
:
3.2.1. Alat
Alat yang akan digunakan pada praktikum uji
resistensi bakteri ini disajikan pada Tabel 3.1., sebagai berikut.
Tabel 3.1. Alat
yang digunakan pada praktikum
No
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
Fungsi
|
1.
|
Bunsen
|
1 buah
|
Sterilisasi
|
2.
|
Cawan petri
|
8 buah
|
Media uji
|
3.
|
Korek api
|
1 buah
|
Menyalakan bunsen
|
4.
5.
6.
|
Spatula
Pipet tetes
Gelas beaker
|
1 buah
1 buah
3 buah
|
Meratakan sampel
Mengambil sampel
Tempat antibiotik
|
3.2.2. Bahan
Bahan yang akan digunakan pada praktikum uji
resistensi bakteri ini disajikan pada Tabel 3.2., sebagai berikut.
Tabel
3.2. Bahan yang digunakan pada praktikum
No
|
Nama bahan
|
Jumlah
|
Fungsi
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Air
comberan
Tetracyclin
Amoxilin
Ramfipicin
Kertas
Whatman
|
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
|
Sampel
Antibiotik
Antibiotik
Antibiotik
Menyerap
antibiotik
|
3.2.3. Metoda
Metoda yang dipakai
dalam praktikum uji resistensi bakteri terhadap antibiotik adalah sebagai
berikut :
1.
Ambil sampel air comberan dan kemudian letakkan dicawan petri.
2.
Ratakan menggunakan spatula.
3. Ambil kertas whattman dan celupkan kedalam beaker
gelas yang telah berisi antibiotik.
4. Lalu letakkan kertas whattman ke dalam cawan
petri.
5. Amati pada suhu 37o C selama 24
jam.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil dari praktikum uji
resistensi bakteri terhadap antibiotik adalah sebagai berikut:
No
|
Antibiotik
|
Diameter
|
Rata-rata
|
||
1
|
2
|
3
|
|||
1
|
Amoxilin
|
13
mm
|
10
mm
|
9
mm
|
10,66
mm
|
2
|
Tetracyclin
|
23
mm
|
25
mm
|
23
mm
|
23,66
mm
|
3
|
Rifampicin
|
25
mm
|
20
mm
|
23
mm
|
25,66
mm
|
Amoxilin
Tetracyclin
Rifampicin
4.2. Pembahasan
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan
oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi
mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik
atau sintetik penuh. Namun dalam praktek sehari - hari AM sintetik yang
tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga
sering digolongkan sebagai antibiotik.
Resisten adalah dalam konsentrasi
antimikroba yang sangat besar atau dalam konsentrasi berapa pun,ia tidak dapat
menghambat ataupun membunuh mikroorganisme. Sensitivitas adalah suatu keadaan
dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik. Atau sensitivitas adalah
kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk memberikan daya hambat terhadap
mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba untuk dapat menunjukkan
pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu
penurunan aktivitas antimikroba akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang
tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara
mikrobiologis dan biologi dilakukan. Biasanya metode merupakan standar
untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas antimikroba.
Pada percobaan ini digunakan tiga
antibiotik yaitu amoxilin, tetracyclin dan rampificin yang masing-masing
memiliki sifat dan kerentanan tersendiri oleh bakteri. Amoxicilin merupakan antibiotika
golongan penisilin, yang menghambat sensitivitas dinding sel mikroba. Dengan
mekanisme menghambat reaksi dalam proses sintesis dinding sel sehingga tekanan
osmotis dalam sel kuman lebih tinggi dari pada diluar sel maka terjadi lisis
sel.
Pada
praktikum ini juga kita membutuhkan kertas whattman, yang mana kertas ini
adalah kertas yang berukuran sangat kecil dan memiliki pori-pori sehingga
berfungsi sebagai filter atau penyaring antibiotik yang akan dimasukkan kedalam
cawan petri. Alasan yang cukup mendasar menggunakan kertas whattman juga karena
kertas ini memiliki diameter yang cukup sesuai dan memiliki harga yang
terjangkau sehingga banyak orang memilih kertas whattman dalam uji coba
resistensi bakteri terhadap antibiotik. Hasil yang didapat dari ketiga
percobaan dengan menggunakan antibiotik yang berbeda maka hasilnya juga akan
berbeda. Uji resistensi dengan amoxilin memiliki diameter 13 mm, 10 mm, 9 mm
dan rata-rata diameternya adalah 10,66 mm. Sedangkan pada uji resistensi
antibiotik tertracyclin memiliki diameter 23 mm, 25 m, dan 23 mm yang memiliki
rata-rata diameter 23,66 mm dan yang terakhir pada uji resistensi bakteri
menggunakan antibiotik rampificin memiliki diameter 25 mm, 20 mm, dan 23 mm
yang rata-rata diameter zona hambatnya adalah 25,66 mm.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang
didapat pada praktikum uji resistensi bakteri terhadap antibiotik adalah
sebagai berikut:
1.
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang
dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.
2.
Resisten adalah dalam konsentrasi antimikroba yang sangat besar atau dalam
konsentrasi berapa pun,ia tidak dapat menghambat ataupun membunuh
mikroorganisme.
3.
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap
antibiotik.
4. Kertas whattman berfungsi sebagai filter
antibiotik.
5.
Zona hambat semakin kecil maka bakteri semakin kebal dengan antibiotik.
5.2. Saran
Sebaiknya saat praktikum alatnya di perbanyak sehingga
semua praktikan mencoba sendiri-sendiri. Karena jika praktikan bisa mencoba
sendiri-sendiri itu lebih mudah untuk dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Chambers, H.
F. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. 8th ed. Salemba Medika, Jakarta.
Djide, M.N, 2003. Mikrobiologi Farmasi,
Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.
Dwidjoseputro, D.2003, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.
Ermilla. 2006. Uji Resistensi Bakteri. Angkasa, Jakarta.
Ganiswarna, S.G, 1995. Farmakologi dan
Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Novilia, 2008. Artikel
Ilmiah Penelitian Mikroba dan Uji Resistensi. Gramedi, Jakarta.
Pelczar, Michael J, 1986, Dasar-Dasar
Mikrobiologi, UI-Press, Jakarta.
Syamsuni, H., Drs. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. EGC, Jakarta.
No comments:
Post a Comment