Saturday 10 October 2015

laporan uji resistensi

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Mikroorganisme yang berada di sekitar kita bermacam-macam ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan bagi makhluk hidupkhususnya pada manusia.Mikroorganisme misalnya bakteri ada yang bersifat patogen dan non patogen.Bakteri patogen adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tertentu, sedangkan bakteri non patogen adalah bakteri yang tidak menyebabkan penyakit.Adanya bakteri patogen membuat peneliti mulai mengembangkan pengetahuan mengenai resistensi suatu bakteri dan menemukan zat antimikrobia yang kemudian memudahkan manusia untuk mengendalikan pertumbuhan suatu bakteri(Novillia, 2008).
Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Tiap-tiap antibiotik memiliki efektivitas yang berbeda-beda terhadap mikroorganisme (bakteri).Beberapa antibiotik dapat bekerja dengan baik pada bakteri gram negatif dan beberapa antibiotik lainnya ada yang lebih efektif pada bakteri gram positif(Syamsuni, 2005).
Cara mmengetahui efektivitas suatu antibiotik dengan mengetahui tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik dapat dilakukan dengan uji Kirby-Bauer. Prinsip dasarnya adalah dengan meletakkan disk yang telah mengandung antibiotik dengan konsentrasi dan kadar tertentu pada media agar yang telah ditanam bakteri uji. Zona hambat/ bening yang dihasilkan disekitar disk inilah yang digunakan sebagai dasar penentuan tingkat resistensi.tingkat resisntensi bakteri dibedakan menjadi 3 yakni: sensitif, intermediet, dan resisten. Bakteri bersifat sensitif adalah jika terbentuk zona bening pada saat diuji Kirby-Bauer, resisten adalah jika tidak terbentuk zona bening pada saat diuji Kirby-Bauer, sedangkan intermediet adalah jika terbentuk zona bening pada saat diuji Kirby-Bauer dengan diameter yang kecil(Novillia, 2008).
Berdasarkan hal tersebut, untuk mengetahui resistensi bakteri terhadap antibiotik dan mengetahui efektifitas antibiotik tersebut, maka dilakukan percobaan uji resistensi pada bakteri.

1.2.  Tujuan
Untuk mengetahui tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Uji Resistensi
Resistensi menyatakan bahwa uji resistensi bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kepekaan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode uji resistensi bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji resistensi bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kekebalan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui resistensi bakteri. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin resistensi(Chambers, 2004).
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji resistensi bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri  (Ermilla, 2006).
Tujuan dari proses uji resistensi ini adalah untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotik (Dwidjoseputro, 2003).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya: tetracycline, erytromycin, dan streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Novillia, 2008).

2.2.  Metode-metode Uji Resistensi
Menurut Syamsuni (2005) ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam pengujian uji resistensi terhadap mikroba. Salah satu metode yang dipakai adalah metode difusi yang terdiri beberapa cara diantaranya yaitu :
1.    Metode disc diffusion (tes Kirby dan Bauer) untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba permukaan media agar.
2.  Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitory concentration) atau KHM (kadar hambat minimum), yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghabat pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan permukaan media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang ditimbulkannya yang menunjukkan kadar agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media agar.
3.  Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji ( maksimum 6 macam ) digoreskan kearah parit yang berisi agen antimikroba.
4.  Cup-Plate Technique
metode ini serupa dengan mitode disc diffusion, dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji.
5.  Gradient-Plate Technique
Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar secara teoretis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan. Campuran kemudian dituang kedalam cawan petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya dihitung diatasnya.
Plate diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan permukaan media mengering. Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan.

2.3.  Antibiotik
Antibiotik atau dikenal juga sebagai obat anti bakteri merupakan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.Alexander Fleming pada tahun 1927 menemukan antibiotika yang pertama yaitu penisilin.Pada tahun 1940, antibiotika dapat dikatakan merubah dunia pengobatan serta mengurangi angka kesakitan & kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi secara dramatis (Ganiswarna, 1995).
Pengertian dari antibiotika pada awalnya merujuk pada senyawa yang dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit pada hewan & manusia.Saat ini beberapa jenis antibiotika merupakan senyawa sintetis (tidak dihasilkan dari mikororganisme) tetapi jugadapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Secara teknis, zat yang dapat membunuh bakteri baik berupa senyawa sintetis atau alami disebut dengan zat antimikroba, akan tetapi banyak orang yang menyebutnya dengan antibiotika. Antibiotika mempunyai manfaat yang sangat banyak, penggunaanantibiotika secara berlebihan juga dapat memicu terjadinya resistensi antibiotika (Wasitaningrum, 2009).
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Para peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotik namun berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya adalah streptomycin vial injeksi, Tetrasiklin kapsul, Kanamicin kapsul, Erytromicin kapsul, Colistin  tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin kapsul (Djide, 2003).
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru dikembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford) yang kemudian banyak zat lain dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Djide, 2003).
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif(Ganiswarna, 1995).

2.4.  Jenis-jenis Antibiotik
Menurut Misra (2012) antibiotik dapat digolongkan menjadi beberapa macam dan fungsi yang berbeda-beda, diantaranya :
1. Penisilin
Penisilin digunakan secara luas untuk mengobati infeksi tertentu seperti infeksi kulit, radang tenggorokan, infeksi dada dan infeksi saluran kemih. Beberapa jenis penisilin banyak digunakan meliputi: Antibiotik Amoxicillin (amoksisilin) dan Flukloksasilin. Sekitar 1 dari 15 orang akan mengalami reaksi alergi setelah menggunakan obat penisilin dan sejumlah kecil orang akan mengalami reaksi alergi antibiotik yang cukup parah (anafilaksis). Sangat penting untuk memberitahu dokter atau profesional kesehatan yang merawat Anda jika Anda berpikir Anda mengalami reaksi alergi terhadap antibiotik penisilin. Masalah lain dengan penisilin adalah bahwa beberapa jenis bakteri telah menjadi kebal terhadap itu karena telah begitu banyak digunakan.

2.  Antibiotik Sefalosporin
Obat Sefalosporin adalah anti biotik spektrum luas, yang berarti mereka efektif dalam mengobati berbagai jenis infeksi termasuk infeksi yang lebih serius, seperti: Septicemia - infeksi darah, Pneumonia, dan Meningitis - infeksi lapisan pelindung terluar dari otak dan sumsum tulang belakang. Contoh Sefalosporin meliputi: Obat Cefalexin dan Obat Cefixime. Jika anda alergi terhadap penisilin anda mungkin juga alergi terhadap sefalosporin.

3.  Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah jenis obat antibiotik yang digunakan secara luas diresepkan sampai ditemukan bahwa Aminoglikosida dapat menyebabkan kerusakan baik pendengaran maupun ginjal. Karena itu, Aminoglikosida cenderung sekarang digunakan hanya untuk mengobati penyakit yang sangat serius seperti meningitis. Aminoglikosida memecah dengan cepat di dalam sistem pencernaan sehingga mereka harus diberikan melalui suntikan atau tetes.

4.  Obat tetrasiklin
Tetrasiklin adalah jenis lain dari obat antibiotik spektrum luas yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi. Tetrasiklin umumnya juga merupakan salah satu obat antibiotik untuk jerawat yang digunakan untuk mengobati jerawat yang parah dan kondisi yang disebut rosacea, yang menyebabkan kemerahan pada kulit dan bintik-bintik.
5.  Makrolida
Manfaat antibiotik Makrolida adalah jenis antibiotik yang berguna dalam mengobati infeksi paru-paru dan dada. Makrolida juga bisa menjadi pengobatan alternatif yang berguna bagi orang-orang dengan alergi penisilin atau untuk mencegah bakteri yang kebal obat penisilin. Contoh golongan antibiotik makrolida termasuk: Eritromisin dan Spiramisin.

6.  Fluoroquinolones
Fluoroquinolones adalah tipe terbaru dari antibiotik. Fluoroquinolones merupakan obat antibiotik spektrum luas yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi. Contoh fluoroquinolones adalah: Obat Ciprofloxacin dan Obat Norfloksasin.

2.5.  Karakteristik Bakteri
Sering dianggap sebagai bentuk kehidupan sederhana, bakteri membentuk berbagai kelompok organisme. Keragaman bakteri telah menyebabkan kelompok ini akan dibagi menjadi dua domain kehidupan, Eubacteria dan Archaea. Meskipun keragaman ini, bakteri membagi sejumlah karakteristik, terutama yang memiliki sel prokariotik. Selain itu, ada sejumlah ciri seperti komposisi dinding sel secara luas dibagi di antara Eubacteria dan archaeans, meskipun adanya beberapa bakteri tanpa karakteristik ini hampir di mana-mana menggaris bawahi keanekaragaman mereka. Menurut Ermilla (2006), bakteri yang ada di bumi ini memiliki karakteristik yang berbeda antara bakteri jenis yang satu dengan jenis yang lain tetapi pada umumnya terdapat beberapa kesamaan, secara umum karakterisitik bakteri yaitu :

1.  Bersel tunggal
Mungkin ciri paling sederhana dari bakteri adalah keberadaan mereka sebagai organisme bersel tunggal. Sementara sebagian besar bakteri, archaeans dan Eubacteria sama, menghabiskan seluruh siklus hidup mikroskopis mereka sebagai sel tunggal independen, beberapa seperti dalam tanah myxobacteria akan membentuk tubuh berbuah multiseluler sebagai bagian dari siklus hidup mereka.

2.  Tidak ada Organel
Sel eukariotik, seperti tanaman, hewan dan jamur, memiliki inti yang terikat membran yang compartmentalizes DNA sel dari sisa sel. Fungsi lain di dalam sel-sel ini juga diserap ke membran-terikat organel khusus, seperti mitokondria untuk respirasi sel dan kloroplas untuk fotosintesis. Bakteri  tidak memiliki nukleus dan organel kompleks dalam sel mereka. Ini bukan untuk mengatakan bahwa bakteri tidak memiliki organisasi internal, DNA mereka sering diasingkan ke wilayah sel bakteri yang dikenal sebagai nucleoid tersebut. Namun, penting untuk dicatat bahwa nucleoid tersebut tidak secara fisik dipisahkan dari seluruh sel dengan membran.

3.  Plasma Membran
Meskipun membran plasma yang umum di seluruh sel hidup lainnya, membran ini bukan fitur bakteri. Tidak adanya organel internal yang pada akhirnya menurunkan banyak fungsi yang terjadi dalam sel-sel eukariotik terjadi pada membran plasma bakteri. Misalnya, infoldings khusus dari membran plasma memungkinkan bakteri fotosintetik untuk melakukan reaksi tergantung cahaya fotosintesis sehingga fotosintesis eukariota dilakukan pada selaput thykaloid dalam kloroplas.

4.  Dinding sel
Sebuah dinding sel peptidoglikan adalah fitur umum di antara Eubacteria. Dinding sel ini menyelubungi sel bakteri, memberikan kekuatan dan mencegah pecah di lingkungan yang berubah. Salah satu pengujian yang mendasar dilakukan dalam mengidentifikasi bakteri adalah pewarnaan Gram, yang mengkategorikan sebagai Eubacteria Gram positif atau Gram negatif didasarkan pada kemampuan dinding sel untuk mempertahankan kristal violet pewarna. Dinding sel merupakan target antibiotik penisilin dan turunannya. Penisilin menghambat pembentukan dinding sel dan dapat menghancurkan dinding, terutama di cepat tumbuh dan berkembang biak bakteri. Sekali lagi menggarisbawahi keragaman dalam kelompok ini, tidak semua Eubacteria memiliki dinding sel peptidoglikan. Dinding sel klamidia tidak memiliki peptidoglikan. Kurangnya Mycoplasma setiap dinding sel. Archaeans juga memiliki dinding sel tetapi menggunakan bahan selain peptidoglikan.

5.  DNA
Beberapa, kromosom linier sering diwakili grafis dalam buku teks biologi yang khusus untuk eukariota. Sebaliknya, baik archaeans dan Eubacteria memiliki kromosom tunggal melingkar dan sebuah urutan DNA jauh lebih pendek daripada yang ditemukan pada eukariota. Semakin pendek urutan DNA mungkin sebagian dapat dijelaskan oleh relatif berkurang kompleksitas sel bakteri tetapi juga hasil dari berkurangnya keberadaan intron – segmen gen yang dikeluarkan selama terjemahan DNA menjadi protein. Genom bakteri ditambah dengan fragmen kecil dari DNA yang dikenal sebagai plasmid, meskipun ini tidak unik untuk bakteri dan juga dapat ditemukan pada eukariota. Plasmid yang direplikasi dalam sel bakteri independen dari kromosom bakteri dan dapat dipertukarkan antara organisme bakteri yang berbeda. Plasmid mungkin memberikan atribut ke sel inang seperti resistensi antibiotik.







BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1.   Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Maret 2015, pada pukul 14.30 WIB sampai selesai, yang bertempat di laboratorium Dasar Perikanan dan laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2.  Alat, Bahan dan Metoda
 Alat, bahan dan metoda yang akan digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
3.2.1. Alat
Alat yang akan digunakan pada praktikum uji resistensi bakteri ini disajikan pada Tabel 3.1., sebagai berikut.

Tabel 3.1. Alat yang digunakan pada praktikum
No
Nama Alat
Jumlah
Fungsi
1.
Bunsen
1 buah
Sterilisasi
2.
Cawan petri
8 buah
Media uji
3.
Korek api
1 buah
Menyalakan bunsen
4.
5.
6.
Spatula
Pipet tetes
Gelas beaker
1 buah
1 buah
3 buah
Meratakan sampel
Mengambil sampel
Tempat antibiotik

3.2.2.  Bahan
Bahan yang akan digunakan pada praktikum uji resistensi bakteri ini disajikan pada Tabel 3.2., sebagai berikut.







Tabel 3.2. Bahan  yang digunakan pada praktikum
No
Nama bahan
Jumlah
Fungsi
1.
2.
3.
4.
5.
Air comberan
Tetracyclin
Amoxilin
Ramfipicin 
Kertas Whatman
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Sampel
Antibiotik
Antibiotik
Antibiotik
Menyerap antibiotik

3.2.3.  Metoda
Metoda yang dipakai dalam praktikum uji resistensi bakteri terhadap antibiotik adalah sebagai berikut :
1.  Ambil sampel air comberan dan kemudian letakkan dicawan petri.
2.  Ratakan menggunakan spatula.
3. Ambil kertas whattman dan celupkan kedalam beaker gelas yang telah berisi antibiotik.
4.  Lalu letakkan kertas whattman ke dalam cawan petri.
5.  Amati pada suhu 37o C selama 24 jam.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Hasil
Hasil dari praktikum uji resistensi bakteri terhadap antibiotik adalah sebagai berikut:
No
Antibiotik
Diameter
Rata-rata
1
2
3
1
Amoxilin
13 mm
10 mm
9 mm
10,66 mm
2
Tetracyclin
23 mm
25 mm
23 mm
23,66 mm
3
Rifampicin
25 mm
20 mm
23 mm
25,66 mm

Amoxilin
Tetracyclin
Rifampicin
4.2.  Pembahasan
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam  praktek sehari - hari AM sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik.
Resisten adalah dalam konsentrasi antimikroba yang sangat besar atau dalam konsentrasi berapa pun,ia tidak dapat menghambat ataupun membunuh mikroorganisme. Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik. Atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk memberikan daya hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba untuk dapat menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi dilakukan. Biasanya metode merupakan standar  untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas antimikroba.
Pada percobaan ini digunakan tiga antibiotik yaitu amoxilin, tetracyclin dan rampificin yang masing-masing memiliki sifat dan kerentanan tersendiri oleh bakteri. Amoxicilin merupakan antibiotika golongan penisilin, yang menghambat sensitivitas dinding sel mikroba. Dengan mekanisme menghambat reaksi dalam proses sintesis dinding sel sehingga tekanan osmotis dalam sel kuman lebih tinggi dari pada diluar sel maka terjadi lisis sel.
Pada praktikum ini juga kita membutuhkan kertas whattman, yang mana kertas ini adalah kertas yang berukuran sangat kecil dan memiliki pori-pori sehingga berfungsi sebagai filter atau penyaring antibiotik yang akan dimasukkan kedalam cawan petri. Alasan yang cukup mendasar menggunakan kertas whattman juga karena kertas ini memiliki diameter yang cukup sesuai dan memiliki harga yang terjangkau sehingga banyak orang memilih kertas whattman dalam uji coba resistensi bakteri terhadap antibiotik. Hasil yang didapat dari ketiga percobaan dengan menggunakan antibiotik yang berbeda maka hasilnya juga akan berbeda. Uji resistensi dengan amoxilin memiliki diameter 13 mm, 10 mm, 9 mm dan rata-rata diameternya adalah 10,66 mm. Sedangkan pada uji resistensi antibiotik tertracyclin memiliki diameter 23 mm, 25 m, dan 23 mm yang memiliki rata-rata diameter 23,66 mm dan yang terakhir pada uji resistensi bakteri menggunakan antibiotik rampificin memiliki diameter 25 mm, 20 mm, dan 23 mm yang rata-rata diameter zona hambatnya adalah 25,66 mm.



BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN



5.1.  Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada praktikum uji resistensi bakteri terhadap antibiotik adalah sebagai berikut:
1. Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.
2. Resisten adalah dalam konsentrasi antimikroba yang sangat besar atau dalam konsentrasi berapa pun,ia tidak dapat menghambat ataupun membunuh mikroorganisme.
3. Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik.
4.  Kertas whattman berfungsi sebagai filter antibiotik.
5.  Zona hambat semakin kecil maka bakteri semakin kebal dengan antibiotik.

5.2.  Saran
Sebaiknya saat praktikum alatnya di perbanyak sehingga semua praktikan mencoba sendiri-sendiri. Karena jika praktikan bisa mencoba sendiri-sendiri itu lebih mudah untuk dipahami.


DAFTAR PUSTAKA
Chambers, H. F. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. 8th ed. Salemba Medika, Jakarta.

Djide, M.N, 2003. Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.

Dwidjoseputro, D.2003,  Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.

Ermilla. 2006. Uji Resistensi Bakteri. Angkasa, Jakarta.

Ganiswarna, S.G, 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Novilia, 2008. Artikel Ilmiah Penelitian Mikroba dan Uji Resistensi. Gramedi, Jakarta.

Pelczar, Michael J, 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press, Jakarta.

Syamsuni, H., Drs. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. EGC, Jakarta.

 

No comments:

Post a Comment