FEKUNDITAS PADA IKAN BETOK
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Ikan betok mempunyai nilai ekonomis dan harga
jualnya pun cukup tinggi. Harga ikan betok di Provinsi Kalimantan Timur antara
tahun 2002-2008 adalah Rp 10 579,- pada tahun 2004 dan Rp 14 494,- pada tahun
2005 (DKP, 2006). Selain itu, ikan ini juga dimanfaatkan sebagai target pancingan
dan ikan hias di Eropa (Kuncoro, 2009). Potensi betok menjadi ikan konsumsi dan
ikan hias yang diiringi dengan meningkatnya permintaan konsumen, membuat
nelayan lebih mengandalkan hasil tangkapan dari alam sehingga menimbulkan
kekhawatiran terhadap penurunan populasi ikan ini di kemudian hari (Isriansyah
& Sukarti, 2007). Peningkatan eksploitasi ini juga diiringi dengan
kerusakan lingkungan yang terjadi di Sungai Mahakam dan sekitarnya yang di
perkirakan dapat membawa dampak buruk terhadap sumber daya ikan betok di
habitatnya
(Media
Indonesia, 2003).
Fekunditas
merupakan ukuran yang paling umum dipakai untuk mengukur potensi produksi pada ikan, karena relatif
lebih mudah dihitung, yaitu jumlah telur dalam
ovari ikan betina. Peningkatan fekunditas berhubungan
dengan peningkatan berat tubuh dan berat gonad. Fekunditas berbeda-beda tiap spesies dan kondisi lingkungan berbeda. Spesies ikan yang mempunyai fekunditas
besar, pada umumnya
memijah di daerah permukaan perairan sedangkan spesies yang mempunyai
fekunditas kecil melindung telurnya pada tanaman atau substrat lainnya (Rizal, 2009).
Besarnya
fekunditas spesies dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain fertilitas,
frekuensi pemijahan, perlindungan induk (parental care), kondisi lingkungan,
kepadatan populasi, ketersediaan makanan, ukuran panjang dan bobot ikan, ukuran
diameter telur, dan faktor lingkungan (Tampubolon, 2008).
Telur ikan adalah sel gamet betina yang mempunyai
program perkembangan untuk menjadi individu baru, setelah program perkembangan
tersebut diaktifkan oleh spermatozoa. Larva adalah stadium tertentu dari
perkembangan individu yang memiliki pola perkembangan tidak langsung. Sifat
struktur telur ikan antara lain adalah ukurannya besar, memiliki bungkus telur,
memiliki mikrtofil, dan memiliki cadangan makanan. Sifat telur ikan secara umum
adalah totipotensi yaitu memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi suatu
individu (Sistina,2006).
Beberapa macam tanda yang dapat
dipakai untuk menggolongkan telur ikan sehingga dapat membantu untuk pengenalan
lebih lanjut. Diantara tanda-tanda tersebut adalah bentuk telur, butir minyak,
warna, keadaan permukaan butir kuning telur (Delsman, 1992).
Tujuan
a.
Untuk mengetahui jumlah telur
ikan.
b. Untuk mengetahui ukuran telur terhadap perkembangan individu
menjelang pemijahan.
c. Untuk menduga atau studi dalam produktivitas dalam potensi produksi
dari kelompok.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Tempat dan Waktu
Praktikum Biologi
Reprouksi Ikan ini dilaksanakan di
Laboratorium Dasar Perikanan, Program Budidaya Perairan dan Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya Indralaya, Jumat, 15 April 2016 pukul 08.00 s/d 09.40 wib.
Alat dan Bahan
Bahan.
Adapun bahan-bahan yang diguanakan
adalah ikan betook matang gonad, alcohol absolut, dan formalin.
Alat.
Adapun alat-alat yang
digunakan adalah kamera digital, gelas objek, mikroskop, lap, tissue, tusuk gigi,
botol film, kertas label.
Prosedur kerja.
A. Fekunditas
1. Gonad yang telah diambil dari tubuh ikan dan telah dibersihkan,
ditimbang beratnya dengan menggunakan timbangan digital.
2. Gonad diambil, kemudian potong gonad menjadi empat bagian dan
ambil sebagian gonad pada bagian
pangkal, tengah dan ujung gonad untuk pengamatan selanjutnya, sehingga
diharapkan seluruh bentuk dan ukuran terwakili.
3. Sebagian telur yang telah diambil tesebut ditimbang beratnya. setelah
ditimbang gonad diencerkan dengan air sebanyak 100 cc dan aduk hingga homogeny,
hitung telur dari ikan sampel.
4. Setelah homogen, hitung telur dari ikan
sampel.
5. Fekunditas ikan dianalisis menggunakan metode
gravimetric
F= (G/Q) x N
Keterangan:
F : fekunditas ( butir )
Q : berat gonad sampel ( g )
G : berat gonad ( g )
N : jumlah telur pada gonad ( butir )
A. Perhitungan
Diameter Telur
1. Ambil telur ( 50 butir )
dari tiga baigian posterior, median dan arterior dari gonad.
2. Masukan dalam petridisck.
3. Tambahkan aquadest sampai telur terendam.
4. Pisahkan telur secara manual dengan bantuan spatula.
5. Amati dibawah mikroskop
okuler dan sudah ditera dengan micrometer objektif terlebih dahulu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil.
Dari hasil pratikum fekunditas pada ikan betok ini tidak mendapatkan
hasil dikarenakan tingkat kematangan
gonad pada ikan betok belum matang dan tidak didapatkan hasil fekunditasnya.
Pembahasan.
Adapun faktor penyebab dari tidak dapat nya fekunditas
dikarenakan kurang teliti nya dalam membeli
indukan yang telah matang gonad. Adapun kondisi lingkungan ini juga
dapat mempengaruhi tingkat fekunditas pada ikan betok akan mempengaruhi kontrol
endokrin untuk menghasilkan hormon – hormon yang mendukung proses perkembangan
gonad dan pemijahan (Fujaya, 2004). Di alam, pemijahan (spawing) dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan (eksternal) misalnya : hujan, habitat, oksigen
terlarut, daya hantar listrik, cahaya, suhu, kimia, fisika air, waktu (malam
hari) dan lain – lain. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap jumlah telur
yang akan dihasilkan dan dikeluarkan antara lain, suhu, lingkungan,
factor internal keturunan maupun genetika indukan.
. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.
Adapun kesimpulan dari
pratikum mengenai fekunditas pada ikan betook ini adalah, sebagai berikut :
1. Fekunditas
adalah jumlah telur yang terdapat pada ovary ikan yang telah matang gonad dan
siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah. Telur yang dihasilkan mempunyai
ukuran yang bervariasi.
2. Terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas yaitu hujan, habitat, oksigen
terlarut, cahaya,suhu, kimia, fisika, air dan waktu memijah.
3. Ikan betok
dapat bertahan dalam proses pematangan gonad pada suhu 15-300 C.
4. Fekunditas
dapat dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad ikan masing-masing.
5. Fekunditas dapat kita ketahui
dari indeks kematangan gonad dan perbandingan dari tingkat kematangan gonad
pada ikan.
No comments:
Post a Comment